Lihat ke Halaman Asli

Tarian Mistis Si Gale-Gale sebagai Ritual Penguburan Mayat Suku Batak di Pulau Samosir (Sumatera Utara)

Diperbarui: 19 April 2021   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image source: akubatak.blogspot.com/

Indonesia  dikenal dengan adat istiadatnya yang kaya dan beraneka ragam. Sebagai negara multicultural, Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Setiap suku bangsa memiliki ciri khas bahasa, budaya, dan adat kebiasaan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Masing-masing masyarakat adat memiliki tradisi yang unik dan  semuanya tampak menarik hingga ada yang terasa mengerikan. Menurut Badan Pusat Statistik, ada sekitar 100 suku asli yang ada di Indonesia. Suku batak adalah salah satu suku asli Indonesia.

Berdasarkan Sensus Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2010, Suku Batak merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia. Batak merupakan rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Beberapa suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing. Suku Batak menjadi yang paling banyak disoroti karena sangat unik dengan bahasa, budaya, dan adat kebiasaan yang khas, salah satunya adalah Tarian Sigale-gale.

Sigale Gale atau Si Gale-Gale atau Sigalegale adalah sebuah patung kayu yang digunakan dalam pertunjukan tari saat ritual penguburan mayat suku Batak di Pulau Samosir, Sumatra Utara. Sigale Gale berasal dari kata “gale” artinya lemah, lesu, lunglai. Sigale Gale cukup terkenal di kalangan para turis. Selama menari-nari, patung ini dikendalikan oleh seorang pemain dari belakang mirip boneka marionette menggunakan tali tersembunyi yang menghubungkan bagian-bagian patung melalui podium kayu berukir tempatnya berdiri. Hal ini memungkinkan bagian lengan, kepala dan tubuhnya digerakkan. Konon, jumlah tali yang menggerakkan Sigale gale sama dengan jumlah urat yang ada di tangan manusia.

Daerah asal mula munculnya Sigale gale ialah daerah Toba-Holbung (Tapanuli Utara), kemudian menyebar ke Pulau Samosir (di tengah-tengah Danau Toba). Di pulau Samosir penduduk menyebutnya dengan sebutan Raja Manggale. Sigale gale dipergunakan pada upacara-upacara kematian. Upacara untuk orang-orang yang meninggal tanpa mempunyai anak maupun yang meninggal tanpa meninggalkan keturunan karena semua anaknya telah tiada. Upacara ini diadakan terutama apabila orang yang meninggal itu mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat,seperti raja-raja, dan para tokoh masyarakat. Hal itu dilakukan dengan maksud menyambung keturunan mereka kelak di alam baka. Pada masyarakat Batak Toba, apabila seseorang yang mempunyai kedudukan meninggal dunia dan ia tidak mempunyai keturunan maka dipandang rendah dan tidak membawa kebaikan. Maka dari itu, kekayaan yang ditinggalkannya akan dihabiskan untuk mengadakan upacara Sigale gale untuk orang yang meninggal tersebut. Orang lain tidak akan berani mengambil harta benda milik orang tersebut, karena takut tertular atau meninggal seperti pemiliknya.

Pada masa sekarang, yakni setelah agama Kristen semakin mendalam dan meresap dalam kehidupan masyarakat Batak di Tapanuli utara, upacara-upacara Sigale gale mulai ditinggalkan. Menurut pandangan mereka, upacara ini dianggap sebagai upacara keagamaan parbegu, yaitu suatu upacara yang didasarkan pada kepercayaan terhadap begu (roh dari orang yang sudah meninggal).

Suku Batak Toba memuliakan roh nenek moyang dan keturunan orang yang meninggal melakukan upacara pemakaman. Jika seseorang meninggal tanpa keturunan, si gale-gale kemudian dibuat sebagai penggantinya. Sigale gale yang kompleks dapat seukuran manusia dan memperlihatkan aktuasi memakai lumut basah atau spons yang bisa diperas untuk membuatnya tampak seperti menangis.

Tari Sigale-Gale sekarang ini bukan saja menjadi upacara adat bagi masyarakat suku batak melainkan menjadi  salah satu daya tarik wisata yakni kesenian populer tradisional masyarakat suku Batak di Samosir, Sumatera Utara. Seperti yang dilansnir dari laman resmi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, saat ini Tari Sigale-Gale telah menjadi ikon pariwisata Provinsi Sumatera Utara secara umum, dan Samosir secara khususnya.

Sigale-gale sendiri adalah sebuah boneka berbentuk manusia yang dapat digerakan serta menari dengan diiringi oleh musik tradisional. Tarian ini biasanya sering ditampilkan di berbagai acara seperti acara adat, acara budaya, bahkan menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan yang datang ke sana.

Tarian Sigale-gale merupakan tarian yang dilakukan oleh sebuah boneka kayu yang dipahat menyerupai bentuk manusia dengan pakaian adat dari Suku Batak. Boneka Sigale-gale digerakkan oleh manusia yang berada di belakangnya. Menurut legenda masyarakat Suku Batak, Sigale-gale adalah putra tunggal kesayangan dari Raja Rahat yang meninggal karena sakit. Raja sangat bersedih hati, untuk mengobati kesedihan raja maka dibuatlah sebuah boneka kayu yang menyerupai Sigale-gale.

Menggerakkan boneka Sigale-gale agar dapat menari diantara iringan musik terlebih dahulu harus dilakukan ritual pemanggilan arwah Sigale-gale dari alam kematian. Tarian Sigale-gale kini menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Sumatera Utara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline