Lihat ke Halaman Asli

Yuyun Suminah

Seorang guru, penulis, pendongeng dan reporter

Ketika Ananda Meminta Izin Pacaran, Apa yang Harus Bunda Perbuat?

Diperbarui: 4 Desember 2024   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ibu dengan anak remaja putri. (Sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Bunda, putra putri kecil kita kini beranjak remaja mereka tidak lagi tergantung kepada kita dalam semua aktivitasnya. Mereka sudah mandiri. Disaat kondisi seperti itu  tidak sedikit para orangtua merasa galau dan khawatir ketika anak-anaknya menginjak masa remaja. 

Pergaulan mereka pun akan semakin meluas, aktivitasnya bertambah banyak dilakukan diluar rumah. Maka wajar orangtua banyak yang merasa khawatir, takut terbawa arus negatif pergaulan.

 Seusia mereka masanya mencari tau siapa dirinya, pingin dikenal sebagai apa, perubahan fisik pun berubah. Tumbuh rasa ketertarikan terhadap lawan jenis, rasa suka, bahkan mereka melampiaskan rasa suka terhadap lawan jenisnya dengan cara pacaran.

Tak bisa dipungkiri sebagai orangtua merasa dilema antara mengizinkan pacaran dengan syarat ini itu, pacaran sehat atau melarangnya. 

Ketika dilarang apakah justru malah lebih was-was, takut mereka lebih sekedar pacaran namun khawatir berzina. Apa lagi sebagian orangtua akan beranggapan 'dulu saja merasakan muda'. Akhirnya dalih itu digunakan untuk  mengizinkan putra putri remajanya pacaran.

Tapi tak sedikit juga orangtua mengambil sikap tegas untuk tidak mengizinkannya pacaran karena fakta pacaran zaman sekarang ngeri-ngeri sedap, aktivitasnya melebihi yang sudah berstatus suami istri.

Yang tadinya berawal chatingan, janjian atau ketemuan, pegangan tangan bahkan rasa malu pun sudah hilang, mengumbar kemaksiatan dengan bangganya menyerahkan kehormatannya kepada sang pacar. Nauzubillah.

Tak hanya itu rusaknya masa depan, hamil diluar nikah, atau karena belum siap menanggung beban hidup aborsi jadi solusi.

Terkadang fakta yang sudah terlihat tidak menjadikan itu semua sebagai pembelajaran. Tetap ada saja para orangtua yang sekuler (memisahkan aturan agama dari kehidupan) memilih mengizinkannya  dan itu dianggap sebagai solusi.

Dari pada ngumpet-ngumpet, apalagi ada stetmen anakku tidak laku karena tidak ada satu laki-laki pun yang dekat dengannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline