Lihat ke Halaman Asli

SatyaMeva Jaya

Menulis, Berbagi, dan Lepas

Simak Bahaya Laten Siasat Politik Berkedok Agama - FPI (1)

Diperbarui: 25 April 2022   05:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

psikindonesia.org

Bahaya siasat agama berkedok kepentingan politik  kian menunjukan eskalasinya, terkhusus para kelompok fudamentalis agama tak henti menggelorakan semangat memperjuangkan agama yang tampil seolah terhormat dan harus diikuti oleh pengikutnya sebagai jalan yang paling benar dengan membawa agama dan Tuhan. 

Mengklasifikasi hal ini sepertinya memicu dilema bagi beberapa individu karena kejahatan yang dibalut oleh agama seakan terlihat terhormat, seperti membunuh, mendelegitimasi pemerintahan, melabel yang bersebrangan adalah thagut, rela mati bunuh diri di titik tertentu dan sebagainya. 

Penyimpangan tersebut diklaim sebagai suatu kebenaran karena berdasarkan apa yang sebenarnya keliru mereka yakini, kemudian beraktualisasi menjadi diri yang intoleran, tidak mengutamakan humanisme dan kedamaian serta kaku dalam beragama dengan eksklusifitas tinggi, kerap disebut radikal dalam beragama.

Di Indonesia, fenomena politik identitas khususnya berkedok agama sudah lama menjadi fenomena menarik untuk diperbincangkan, dengan beberapa ormas yang dianggap sebagai kelompok radikal sudah dilarang, para petingginya sudah di bui dan gerakan mereka kian menyempit karena pengikutnya makin sedikit. 

Akhir-akhir ini mereka menjelma menjadi kelompok seolah berwajah baru, pada tulisan ini akan diambil FPI misalnya, pada 25 maret 2022 kemarin mendeklarasikan pemimpin barunya yaitu menantu dari Rizieq Shihab yang bernama Muhammad Bin Husein Alatas. 

FPI (Front Pembela Islam) memang sudah dibubarkan, namun wajah barunya kini hadir bernamakan Front Persaudaraan Islam. Tidak muncul dengan wajah yang benar-benar baru kelompok ini, mereka hanya berganti nama saja dan isinya sama saja, mereka yang menganggap pemerintahan sekarang adalah pemerintahan yang oligarki, ternyata mereka lah yang oligarki. 

Pemimpin baru tersebut terpilih entah dalam mekanisme apa, tiba-tiba saja menantu Rizieq di umumkan dalam demonya 25 maret kemarin, lucu sekali mereka ini. Gibran anak Jokowi, yang mereka anggap sebagai oligarki, jelas keliru, Gibran dipilih rakyat dalam sistem Pemilu dengan dominasi suara, begitu juga menantunya.

FPI Reborn ini sama konsepnya seperti lahirnya FPI terlarang yang muncul akibat pragmatisme politik semata, dengan kata lain sesuai kebutuhan beberapa aktor politik tertentu. Setelah FPI lama dilarang, lalu muncul FPI Reborn secara sporadic. 

Konkretnya, mereka nampak hanya ingin muncul saja sebagai bursa yang kelak dianggap sebagai kelompok yang masih potensial untuk dimanfaatkan beserta masanya, maka mereka mencoba untuk tampil kembali dengan tampilan kosmetik yang cantik agar mendapat perhatian bagi pemakainya nanti. 

Mereka juga seperti mengesampingkan de jurenya, fokus mereka ingin menunjukan secara de facto dalam pergerakan demo-demonya agar kian mendapat perhatian dan pengakuan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline