Lihat ke Halaman Asli

Haah, Anak Ibu Tidak Punya SIM?

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Haah, Ibu mengijinkan anak ibu membawa motor padahal masih SMP, belum cukup umur dan tidak punya SIM?”. Begitu kira-kira kekagetan saya mendengar cerita seorang Ibu saat kami sedang menjemput anak-anak pulang sekolah.

Tentu pembaca akan langsung teringat dengan kasus Xenia maut yang merenggut nyawa 9 orang barusan ini. Sang pengemudi tidak mempunyai SIM.

Sebenarnya, apa yang saya dengar dengan apa yang terjadi adalah bukti bahwa masyarakat kita sudah tidak peduli dengan aturan berkendara dan keselamatan umum. Bagaimana mungkin seorang tidak mempunyai SIM tidak merasa bersalah mengendarai sebuah mobil?

Yang membuat hubungan itu semakin menarik adalah, kadang tanpa kita sadari, kita pulalah sebagai orang tua yang telah mendidik anak-anak kita untuk masa bodoh dengan aturan yang ada.

---

Kembali kepada percakapan dengan Ibu tersebut di atas. Iapun melanjutkan.

“Habis bagaimana Bu, sekolah tidak mengijinkan anak-anak bawa motor. Jadinya ya kami sewa parkir dekat situ, biar dia bisa bawa motornya ke sekolah”.

“Tapi Bu, mengapa harus bawa motor? Anak ibu kan belum tahu aturan berkendara dan tidak punya SIM. Dan dia belum mampu secara refleks menghadapi situasi darurat di jalan?”, lanjut saya yang masih terbengong-bengong mendengar penjelasannya.

“Habis bagaimana Bu, saya tidak bisa jemput karena harus jemput anak saya yang di SD. Minta tukang ojeg langganan, susah, kadang jam pulangnya tidak tepat, berubah-ubah. Jadinya yang praktis ya suruh bawa motor sendiri”.

Sayapun terusik dengan cara berpikir rata-rata orang tua saat ini, semuanya ‘demi kepraktisan’.

“Bu, sadar tidak Bu, kalau Ibu secara tidak langsung telah mengajarkan anak Ibu untuk tidak patuh pada peraturan? Anak-anak nantinya tidak takut melanggar peraturan. Sebenarnya tanpa sadar kita jugalah yang membuat jalan-jalan di negara ini semakin semrawut, karena semakin banyak yang masa bodoh dengan aturan lalin itu Bu. Banyak yang mengambil bahu jalan ketika macet, menyalip dari kiri, mengejar lampu hijau, dan lain-lain. Akibatnya Bu, terjadi macet dimana-mana.”

Sang Ibupun terdiam.

Sayapun terdiam, merasa menghakimi sang Ibu. Tapi kemudian saya tersadar, mudah-mudahan sang Ibu sadar, dan cerita akan terus berlanjut ke orang tua-orang tualainnya.

---

Maka, ketika kemudian terjadi tragedy Xenia Minggu kemarin, sayapun teringat kembali dengan percakapan di atas.

Kita semualah yang menyebabkan kekacauan ini, karena kita telah lupa pada akar penyebab kesemrawutan jalan-jalan di negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline