Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan Masa Depan

Diperbarui: 23 Oktober 2024   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemimpin Pembelajaran yang Berpusat Pada Murid/dokpri

Sesuai dengan filosofi yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidik harus menuntun dan bukanlah menuntut. Maka kita sebagai pendidik harus bisa menuntun murid sesuai dengan kodratnya, yaitu kodrat alam dan kodrat zamannya. 

Guru tidak hanya menuntun akan tetapi juga mengarahkan pada kemampuan dan kompetensi terbaiknya demi meraih kebaikan yang setinggi-tingginya. Tentu saja hal itu harus dibarengi dengan budi pekerti yang mulia. 

Setiap murid adalah individu unik dan berbeda, tidak ada yang sama dari hal minat, bakat, kemampuan pengetahuannya serta ketrampilannya. Oleh karena itu jika ada murid yang belum menemukan minat, bakat serta potensi dirinya maka guru harus memberikan arahan untuk mencapai hal tersebut. Agar nanti mereka dapat mengembangkan kemampuan cipta, karsa dan karya dalam kehidupan yang majemuk.

Dengan memegang prinsip dari semboyan dari Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani yang memiliki pengertian yaitu di depan seorang pendidik harus bisa menjadi teladan bagi murid-muridnya, jika berada di tengah maka pendidik harus bisa memberikan motivasi atau semangat terhadap semua proses pembelajaran mereka dan jika dibelakang maka pendidik harus mendorong murid agar mereka mau terus mengasah potensi kognisi, afektif dan psikomotornya agar menjadi pribadi yang mandiri, kreatif dan bertanggung jawab seutuhnya.

Setelah memahami bagaimana filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, ternyata pemahaman filosofi Ki Hajar Dewantara ini sejalan dengan pengembangan nilai-nilai dan peran sebagai pendidik. 

Sebagai pendidik kita harus bisa menerapkan nilai-nilai tersebut yaitu berpusat pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif dan inovatif. Semuanya nanti akan bersinggungan dengan bagaimana peran sebagai pendidik yaitu harus bisa menjadi pemimpin pembelajaran, penggerak kolaboratif guru, menjadi coach bagi guru lain, penggerak komunitas praktisi dan juga mewujudkan kepemimpinan murid.

Guru memiliki tanggung jawab yang berat, hal itu tentu saja amat penting untuk menumbuhkan kompetensi terbaik dari murid-muridnya. Menerapkan nilai-nilai yang dimiliki harus dibarengi dengan memaksimalkan perannya dalam pendidikan, tentu saja akan memberikan dampak untuk menciptakan ekosistem iklim sekolah yang positif. Iklim sekolah yang tidak akan bisa dilakukan secara sendiri-sendiri. 

Namun butuh kolaborasi, kerjasama saling mendukung, agar budaya positif benar-benar menjadi aktivitas yang selaras dengan kehidupan sehari-hari. Menempatkan guru di posisi manajer yang mampu menerapkan segitiga restitusi demi terwujudnya generasi yang mampu menemukan solusi dari permasalahannya sendiri dengan bertanggung jawab.

Guru harus memiliki visi untuk masa depan murid dan sekolahnya, karena dari sanalah guru melakukan langkah-langkah konstruktif dengan semangat kolaboratif menjadikan sekolah sebagai tempat mendidik dan merawat nilai-nilai sesuai dengan karakter Profil Pelajar Pancasila.

 Perwujudan visi guru penggerak ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dan bantuan semua pihak dengan semangat inkuiri partisipatif di mana semua orang saling bahu-membahu mewujudkan visi sekolah yang sesuai dengan kerangka BAGJA yang berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan dan potensi murid dan tentu saja sesuai dengan kodrat alam dan kodrat  zamannya saat ini, di mana saat ini dunia butuh anak-anak yang cerdas berpikir, memiliki gagasan cemerlang, kreatif dalam semua kondisi yang ada dan menghargai manusia lainnya serta alam dengan kemampuan memahami literasi secara berkelanjutan.

Untuk menerapkan budaya positif di sekolah merupakan hal yang penting bagi generasi-generasi masa depan. Anak-anak murid kita butuh adanya sentuhan pemahaman akan nilai-nilai kebajikan universal yang di dalam profil pelajar Pancasila. Yang mana untuk menciptakan generasi yang positif tentu tidak bisa seketika berubah, akan tetapi harus mengikutsertakan semua warga sekolah, komite sekolah, dan tentu saja wali murid yang paling banyak bersentuhan dengan murid-murid.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline