Lihat ke Halaman Asli

Yunita Nurul Aeni

Mahasiswi Akuntansi

Bela Negara ala Millenial, dari Diri Sendiri untuk Negeri

Diperbarui: 7 Agustus 2020   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan  kucabut Semeru dan akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kugoncangkan dunia." --Ir. Soekarno.

           Begitulah kutipan kalimat legendaris yang disampaikan presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, dalam salah satu pidatonya. Bukan sekedar kalimat tanpa makna, kalimat tersebut menunjukan betapa besarnya pengaruh yang dimiliki para pemuda. Tentu saja pemuda yang dimaksud adalah mereka yang memiliki tekad dan kemauan yang tinggi dalam mencapai sesuatu.

            Seperti yang kita tahu bahwa generasi muda merupakan salah satu pilar bangsa yang menjadi penguat dan penentu arah keberlangsungan bangsa saat ini dan masa mendatang. Generasi muda merupakan faktor penting yang dimiliki bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia. Menurut data statistik, jumlah penduduk usia muda pada tahun 2019 mencapai 23,77 % dari total populasi penduduk Indonesia. Angka tersebut menunjukkan bahwa generasi muda saat ini atau yang disebut generasi milenial mencapai jumlah yang cukup tinggi dan memiliki peranan yang besar untuk kehidupan negara. Generasi muda harus memiliki rasa cinta tanah air terhadap bangsanya untuk menjaga keutuhan bangsa. Salah satu sikap yang dapat ditunjukan adalah dengan menumbuhkan kesadaran dalam upaya bela negara.

            Secara umum, bela negara merupakan sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai dengan kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam menjamin kelangsungan bangsa dan negara. Aksi bela negara ini identik dengan kegiatan dalam memerangi permasalahan yang secara langsung atau secara fisik mengancam keutuhan NKRI seperti agresi, invasi,terorisme, dan lain sebagainya. Jika menilik bertahun-tahun yang lalu, para pemuda memiliki peranan yang vital dalam memperjuangkan kemerdekan Indonesia. Segenap tenaga dan kemampuan mereka kerahkan untuk mencapai kemerdekaan. Lantas apakah upaya bela negara berarti harus melalui angkat senjata? Apakah semua generasi muda harus menjadi Tentara Nasional Indonesia? Tentu saja tidak demikian. Di era saat ini, upaya generasi muda dalam membela tanah air tak lagi sekedar angkat senjata dan maju ke medan perang. Makna bela negara lebih luas dari itu.

            Kemajuan zaman membuat tantangan yang dihadapi bangsa menjadi lebih kompleks. Tantangan maupun ancaman yang dihadapi generasi muda bukan lagi sekedar ancaman fisik, melainkan juga ancaman nonfisik. Kemajuan teknologi, mudahnya akses informasi, dan kemajuan lainnya tak hanya membawa sisi positif, tetapi juga masalah -- masalah baru yang dapat mengancam keutuhan bangsa jika tidak mampu dikontrol dengan baik. Permasalahan mulai dari lunturnya nilai-nilai budaya, degradasi moral, narkoba, pergalan bebas, hate speech, hoaks, hingga isu SARA merupakan masalah yang cukup darurat untuk ditangani. Saling serang, intoleransi, mudah terprovokasi, terbawa pergaulan yang salah menjadi menjadi tantangan yang harus diatasi demi keutuhan bangsa. Generasi muda haruslah menjadi garda terdepan dalam memerangi berbagai permasalahan tersebut. Cara paling sederhana yang dapat diterapkan adalah kontrol yang dimulai dari diri sendiri.

            Seperti yang kita tahu, generasi millenial adalah generasi yang paling dekat dengan teknologi informasi dan media sosial, dimana itu adalah salah satu pintu yang paling mudah untuk timbulnya tantangan dan permasalahan tadi. Jika mereka tidak mampu mengontrol diri dalam penggunaannya, bukan tidak mungkin justru mereka sendiri yang memperburuk keadaan. Generasi muda dengan kualitas baik harus mampu mengontrol diri dalam bertindak. Diperlukan sikap kritis, cerdas dan bijak dalam penggunaan teknologi informasi dan menghadapi berbagai problematikanya. Mereka harus dapat menentukan sikap dalam menyikapi informasi digital yang mereka konsumsi. Generasi muda harus menjadi samrt user yang mampu memilih dan memilah informasi macam apa yang layak untuk diterima, melindungi diri dari konten-konten negatif, serta bijak dalam menyebarkan informasi. Jangan sampai justru generasi muda itu sendiri yang menjadi sumber permasalahan yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

            Selain hal tersebut, generasi muda harus menanamkan sikap toleransi dimana hal tersebut adalah modal utama agar bangsa menjadi kokoh dan kuat dengan masyarakat yang hidup rukun dan damai. Meningkatkan kualitas diri dengan pendidikan maupun memperluas ilmu pengetahuan juga langkah yang harus diambil tiap generasi muda. Mereka yang memiliki pengetahuan luas cenderung akan berpikir kritis dan tidak mudah terprovokasi akan hal-hal yang belum tentu dipastikan kebenarannya. Jika semua generasi muda ini memiliki kesadaran pribadi akan hal-hal kecil yang membawa perubahan, maka semua hal kecil ini akan mampu membawa perubahan besar bagi negaranya. (yn)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline