Lihat ke Halaman Asli

Yunita Devika Damayanti

Football, Music, Books, Foods.

Jika Luke Shaw Memilih Menyerah

Diperbarui: 30 Juli 2021   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bek Inggris Luke Shaw (kiri) berselebrasi setelah mencetak gol pertama pada pertandingan final Euro 2020 antara Italia vs Inggris di Stadion Wembley di London pada 12 Juli 2021. (Foto: AFP/JOHN SIBLEY via kompas.com)

Tidak ada yang aneh dari jalannya pertandingan saat itu di Kota Eindhoven, Belanda. Semua terlihat normal layaknya pertandingan sepak bola pada biasanya, setidaknya sampai tekel horor itu menerjang kaki Luke Shaw yang saat itu masih tergolong pemain wonderkid. 

Miris, tidak ada yang menyadari bahwa di dalam lapangan, ada kondisi darurat dari salah satu 22 pemain yang sedang berebut mengejar bola. 

Shaw tidak bisa bangkit berdiri usai mendapat tekel dari Hector Moreno di kaki kanannya. Lebih memilukan lagi wasit tidak langsung menyadari saat kejadian berlangsung. 

Bagaimana dengan kamera? Kamera juga luput dari kejadian tersebut, barisan kamera lebih dahulu mengarah ke wajah Moreno saat pemain United bahkan belum menyadari apa yang sedang dialami rekan satu timnya.

Setelah kurang lebih sembilan menit para medis memberikan upaya pertolongan pertama, Shaw akhirnya ditandu keluar lapangan. Keluarnya Shaw juga menandai berakhirnya karir sang pemain pada musim tersebut, atau mungkin musim-musim berikutnya. 

Pemain muda yang dibeli mahal oleh United, yang digadang-gadang akan mendapatkan penghargaan Sir Matt Busby Awards di akhir musim, segenap anggota klub dan fans akhirnya harus berlapang dada menerima kenyataan jika pemain kesayangan mereka harus menepi cukup lama dan mustahil memenangkan penghargaan di musim itu. Ya, semoga hanya di musim itu.

Urusan makin pelik kala proses pemulihan Shaw memakan waktu yang amat lama, yaitu sekitar 10 bulan. 

Saat Shaw sudah dinyatakan pulih, posisi manager Manchester United sudah berpindah tangan dari sebelumnya dipegang oleh Louis Van Gaal beganti menjadi Jose Mourinho.

Pelatih otoriter yang selalu menuntut poin sempurna di setiap pertandingan. Pelatih yang tidak kenal belas kasihan kepada pemainnya, sekali mereka terpinggirkan sulit rasanya untuk merebut tempat utama kembali. 

Bahkan tidak segan mengkritik pemainnya di depan awak media. Benar-benar permainan mental yang luar biasa. Kalian pernah dibentak-bentak kaka kelas sok iye saat masa orientasi di sekolah atau kampus? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline