"Sebagai seorang pendidik, jadilah seperti air. Teguh pendiriannya namun juga siap untuk menyesuaikan diri dalam menjalani proses belajar"
(Itje Chodidjah)
Artikel ini merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam modul 2.2 mulai dari diri berupa Refleksi Kompetensi Sosial dan Emosional.
Selama menjadi pendidik, Anda tentu pernah mengalami sebuah peristiwa yang dirasakan sebagai sebuah kesulitan, kekecewaaan, kemunduran, atau kemalangan, yang akhirnya membantu Anda bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
- Apa kejadiannya, kapan, di mana, siapa yang terlibat, apa yang membuat Anda memilih merefleksikan peristiwa tersebut, dan bagaimana kejadiannya?
Saya pernah mengalami sebuah peristiwa yang dirasa cukup membuat saya kecewa, tetapi pada akhirnya membantu saya untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Peristiwa tersebut terjadi antara tahun 2018-2019, saat saya menjadi wali kelas XI di SMK dan hal tersebut melibatkan seluruh guru di sekolah pada saat itu. Saya memilih merefleksikan peristiwa tersebut karena saya merasa kecewa akan sebuah keputusan yang tidak dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama hingga saya memutuskan untuk mundur dari jabatan wali kelas saat itu. Bahkan suatu hari saya pernah mengutarakan hal tersebut kepada rekan sejawat tetapi tanggapan rekan sejawat mengatakan jika saya masih guru baru, masih muda dan masih idealis dalam menanggapi peristiwa itu. Sebenarnya yang menjadi permasalah saya saat itu bukan tentang idealis saya terkait hal tersebut tetapi lebih pada keputusan awal yang harusnya A menjadi B tanpa ada komunikasi terlebih dahulu dengan seluruh guru disekolah.
- Bagaimana Anda menghadapi krisis tersebut (coping)? Bagaimana Anda dapat bangkit kembali (recovery) dan bertumbuh (growth) dari krisis tersebut?
Saya menghadapi krisis tersebut (coping) dengan mengelola emosi saya dan saya berusaha memahami situasi dan kondisi lingkungan sekolah dengan tetap melaksanakan tugas saya sebagai guru dengan penuh tanggung jawab. Saya dapat bangkit kembali (recovery) dan bertumbuh (growth) dari krisis dengan cara berdoa, menyibukan diri dengan hal-hal yang positif dan bersifat membangun supaya peristiwa tersebut tidak mengganggu aktivitas saya dan dengan berjalannya waktu, semua akan baik-baik saja. Saya kemudian tersadar bahwa dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Saya pun tersadar bahwa tidak semua hal yang kita niatkan baik itu mendapat penyambutan yang baik pula
Gambarkan diri Anda setelah melewati krisis tersebut.
- Apa hal terpenting yang telah Anda pelajari dari krisis tersebut?
- Bagaimana dampak pengelolaan krisis tersebut terhadap diri Anda dalam menjalankan peran sebagai pendidik?
Hal terpenting yang telah saya pelajari dari krisis tersebut adalah bagaimana saya harus berupaya beradaptasi dengan dinamika tempat saya bekerja. Dari peristiwa tersebut, hal yang berdampak untuk saya yaitu saya belajar menjadi lebih sabar dan berusaha menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih bersemangat dan tenang jika menghadapi peristiwa atau permasalahan-permasalahan yang dihadapi dilingkungan sekolah serta berusaha untuk tetap berfikir positif dengan apa yang dialami.
- Sebagai pendidik, Anda tentu pernah bertemu murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan, atau kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Setujukah Anda bahwa faktor-faktor tersebut membantu ia menjalani proses pembelajaran dengan lebih optimal di sekolah? Jelaskan jawaban Anda dengan bukti atau contoh yang mendukung.
Saya setuju bahwa faktor pemahaman diri, ketangguhan dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain yang dimiliki oleh murid mampu membantu mereka menjalani proses pembelajaran dengan lebih optimal. Murid yang memiliki kemampuan tadi, cenderung bisa menempatkan dirinya dengan baik. Ketika murid memahami dirinya sekaligus apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya, murid akan mengoptimalkan kelebihan dan memperbaiki kekurangannya.
Misalnya jika murid cenderung kurang paham dalam satu bidang, murid akan meminta temannya yang lebih ahli untuk mengajarinya. Bila temannya tidak mampu, maka murid akan meminta guru untuk menjelaskan lebih lanjut dan lebih detail agar kekurang pahamanya itu bisa lebih baik dari sebelumnya. Murid yang memiliki semangat dan tekad yang luar biasa dalam hal belajar tidak akan mudah menyerah pada kesulitan yang mereka hadapi, entah kesulitan dalam hal belajar atau lingkungan sosial yang kurang baik & kondusif. Murid akan berupaya mengatasi kesulitan tersebut sebaik mungkin. Kemudian, terkait kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain, murid yang mempunyai kemampuan tersebut bisa menjalin pertemanan dengan lebih luas. Pertemanan ini akan membuatnya berkembang dan belajar dengan baik.
- Dari kedua refleksi di atas, apa yang dapat Bapak/Ibu simpulkan tentang hubungan antara kompetensi sosial dan emosional dengan keberhasilan dalam pengelolaan krisis Anda dan pembelajaran murid Anda?
Hubungan antara kompetensi sosial dan emosional dengan keberhasilan dalam pengelolaan krisis yaitu kemampuan sosial dan emosional yang baik akan membawa pada keberhasilan pengelolaan krisis. Dalam proses pembelajaran sosial dan emosional, guru dan murid dilatih supaya mampu memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri). Jika kompetensi tersebut sudah terpenuhi, maka guru dan murid bisa menetapkan serta mencapai tujuan positif (manajemen diri). Selanjutnya, kompetensi sosial dan emosional juga menjadikan guru serta murid dapat merasakan dan menunjukkan empati terhadap orang lain atau disebut juga sebagai kesadaran sosial. Bila hal tersebut telah terpenuhi, maka untuk dapat membangun dan mempertahankan hubungan yang positif bukanlah hal sulit untuk dilakukan. Orang yang dapat mengelola hubungan sosial dan perasaan emosional dengan baik juga akan mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab. Sebab, sebelum menetapkan keputusan yang dibuat, mereka akan mempertimbangkan keputusannya tersebut. Apakah keputusan akan berdampak positif atau negatif terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya. Mereka yang mampu mengelola perasaan emosional juga akan bersikap bijak dan tidak menjadikan ego diri mereka sebagai patokan untuk menetapkan sebuah keputusan, karena keputusan yang dibuat atas dasar ego, ketika diri dikuasai amarah bisa menimbulkan hal yang tidak baik untuk ke depannya. Jadi, orang yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik akan dapat mengatasi krisis secara bijak, cermat, dan tidak emosional.
- Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, apa yang Anda harapkan untuk pembelajaran selanjutnya ?
Silahkan kemukakan Harapan bagi diri sendiri ?