KETELADANAN SEBAGAI KEPRIBADIAN ISLAM
Yuniliyanti, Faridah Anum, Rusmiyati, Triandy Ermawanti
(Mahasiswa Pascasarjana PAUD Universitas Panca Sakti Bekasi)
Kepribadian merupakan perwujudan dari cara berpikir dan bertindak ('aqliyah dan nafsiyah). Siapapun yang mencermati realitas ini dengan baik akan menemukan bahwa sesungguhnya kepribadian bukanlah dinilai dari ukuran-ukuran fisik seseorang, asal daerah dan suku, kebiasaan atau keturunannya.
Pola pikir seseorang ditunjukkan oleh cara pandang atau pemikiran yang ada pada dirinya dalam menyikapi atau menanggapi berbagai pandangan dan pemikiran tertentu. Pola pikir pada diri seseorang tentu sangat ditentukan oleh nilai paling dasar atau ideologi yang diyakininya. Dari pola pikir inilah bisa diketahui bagaimana sikap, pandangan atau pemikiran yang dikembangkan oleh seseorang atau yang ada di lingkungan masyarakatnya.
Cara bertindak merupakan perbuatan-perbuatan nyata yang dilakukan seseorang dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya (biologis/naluriah). Pola perilaku pada diri seseorang pun sangat ditentukan oleh nilai paling dasar atau ideologi yang diyakininya. Seseorang akan memakan dan meminum apa saja dalam memenuhi kebutuhan biologisnya jika ideologi yang diyakininya membolehkan hal itu, ia pun akan mengatur aturan peribadahannya, tatacara berpakaiannya, tatacara bergaul dan berakhlak sesuai dengan keinginannya jika ideologinya yang diyakininya membolehkan hal itu. Begitu pula sebaliknya jika ideologi yang diyakini melarangnya.
Ideologi kapitalisme akan membentuk masyarakat berkepribadian kapitalis liberal. Ideologi sosialisme pasti akan membentuk kepribadian sosialis komunis. Ideologi islam seharusnya menjadikan kaum muslim yang memeluk dan meyakininya memiliki kepribadian islami.
Dalam bahasa yang lebih praktis, kepribadian (syakhshiyah) terbentuk dari pola sikap ('aqliyah) dan pola perilaku (nafsiyah) yang terpancar dari ideologi/akidah tertentu.
'Aqliyah Islamiyah hanya akan terbentuk dan menjadi kuat pada seseorang jika ia memiliki keyakinan yang benar dan kokoh terhadap akidah islam dan ia memiliki ilmu-ilmu keislaman yang cukup untuk bersikap terhadap berbagai ide, pandangan, konsep, dan pemikiran yang ada di Masyarakat. Adapun nafsiyah Islamiyah hanya akan terbentuk dan menjadi kuat jika seseorang menjadikan aturan-aturan islam sebagai cara dalam memenuhi kebutuhan biologisnya (makan, minum, berpakaian dsb), maupun kebutuhan nalurinya (beribadah, bergaul, bermasyarakat, berketurunan dsb).
Seseorang dikatakan memiliki syakhshiyah Islamiyah jika ia memiliki 'aqliyah Islamiyah dan nafsiyah Islamiyah. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa berpikir atas dasar pola pikir Islami dan berperilaku di dalam memenuhi kebutuhan jasmaniah dan naluriahnya sesuai dengan aturan Islam.