Malioboro merupakan salah satu pusat keramaian di Yogyakarta. Tak hanya karena Malioboro merupakan pusat perbelanjaan terbesar di Yogya, tetapi karena di sepanjang jalan Malioboro juga sering diadakan berbagai event. Terutama pada malam Minggu, kita bisa dengan mudah menemukan event-event di sepanjang jalan Malioboro ini. Para pemuda dan budayawan Yogya ini sangat kreatif membuat berbagai event-event untuk menarik minat para wisatawan lokal maupun wisatawan asing agar berkunjung ke Malioboro. Karena itulah mungkin sering kita dengar, belum ke Yogya jika belum mengunjungi Malioboro.
Ada salah satu event di Malioboro yang manarik menurut saya pada hari Sabtu, 19 September, kemarin. Yaitu pertunjukan wayang orang yang di adakan di halaman Dinas Pariwisata Yogyakarta, pada pukul 20.00-24.00 WIB. Pertunjukan ini di adakan oleh Paguyuban Taruna Budaya Yogyakarta Widodo Kusnantyo, dan diadakan satu kali dalam dua minggu.
Pertunjukan wayang orang kemaren itu bertemakan “kongso adu jogo”, yang berarti “dendam sangat menghantui fikiran manusia”. Ada pesan yang bisa kita ambil dari cerita ini, diantaranya yaitu kalau yang namanya kejahatan, pasti akan selalu bisa dikalahkan oleh kebaikan.
“kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan seniman budayawan, dan juga untuk memberikan tontonan pada masyarakat agar budaya ini tetap lestari. Terutama untuk kesenian wayang orang ini, agar tetap digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan”, jelas Bapak Halim, dari Dinas Pariwisata Yogyakarta.
Pertunjukan yang dimulai sejak jam delapan malam ini awalnya hanya ditonton oleh beberapa orang. Namun, ketika acara sudah dimulai beberapa saat para pengunjung Malioboro pun mulai merapat ke halaman Dinas Pariwisata Yogyakarta ini. Tak hanya pengunjung yang merupakan masyarakat asli Yogya, tapi para tuis asing pun ikut meramaikan bangku penonton. Turis asing itu sepertinya sangat menikmati pertunjukan wayang orang ini, meskipun sebenarnya mereka tidak terlalu faham dengan isi ceritanya.
Wayang orang ini sendiri dalam bahasa Jawa disebut juga dengan istilah “wayang wong”. Yaitu wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam ceritanya. Sesuai dengan sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan mempermaikan boneka-boneka yang terbuat dari kulit. Namun sudah diperagakan langsung oleh orang-orang, lengkap dengan kostum dan make up yang menyerupai tokoh-tokoh dalam wayang kulit. Bahkan para tokoh wayang ini di dandani dengan make up yang sangat menyerupai tokoh-tokoh dalam wayang kulit. Meskipun dengan kostum dan make up seperti itu, tapi tidak mengganggu sedikitpun pada gerak para tokoh dalam memainkan perannya. Sehingga merekapun tetap bisa tampil dengan lincah dan memukau para penonton.
Ada yang membuat saya sedikit prihatin pada pertunjukan wayang orang kemaren. Yaitu para penonton wayang orang ini di dominasi oleh para ibuk-ibuk dan bapak-bapak. Merekalah yang kebanyakan menonton pertunjukan ini hingga selesai. Sedangkan anak-anak mudanya hanya sedikit, kalaupun ada kebanyakan diantara mereka hanya bertahan sebentar, dan kemudian pergi. Entah karena mereka tidak tertarik dengan pertunjukan budaya seperti itu, atau memang karena mereka ingin menikmat pertunjukan budaya lainnya, entahlah.
Sesuai dengan tujuan diadakannya acara ini, seperti yang telah disampaikan Bapak Dinas Pariwisata di awal acara. Semoga kedepannya semakin banyak masyarakat yang peduli dan melestarikan berbagai macam budaya yang kita miliki. Terutama untuk kaum muda. Agar budaya-budaya yang kita miliki ini tetap lestari, sehingga bisa dinikmati oleh anak cucu kita nantinya. Karena budaya apa pun itu, pasti memiliki tujuan atau pesan baik yang harus selalu dibiasakan dan diwariskan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H