Tepat pada tanggal 22 Juni lalu, film berjudul Everything Everywhere All At Once resmi tayang di bioskop Indonesia. Cukup banyak orang yang menantikan film ini, sehingga membuat saya pribadi menjadi ikut penasaran akan film ini dan pada akhirnya saya menontonnya.
Film ini disutradarai dan ditulis oleh Daniel Kwan dan Daniel Scheinert (The Daniel's) dan dibintangi oleh aktris papan atas Michelle Yeoh, Stephanie Hsu, Ke Kyu Quan, James Hong, Jamie Lee Curtis, dan masih banyak lagi.
First of all, The Daniel's are genius! Sumpah, film ini bagus banget. Bener-bener mindblowing. Padahal alur cerita yang diangkat bisa dibilang cukup sederhana tetapi The Daniel's mengeksekusinya dengan imajinasi yang liar. Everything Everywhere All At Once menceritakan tentang seorang wanita keturunan China bernama Evelyn Wang yang memiliki bisnis binatu bersama suaminya, Waymond.
Evelyn menghadapi beberapa persoalan yang cukup menyita perhatiannya, seperti masalah dengan suami dan anaknya, ditambah kehadiran ayahnya yang menentang pernikahannya, dan juga masalah penyelesaian laporan pajak yang rumit.
Kemudian ditengah segala kerumitan tersebut, Evelyn kedatangan entitas dari semesta alternatif yang meminta bantuan kepada Evelyn untuk mengalahkan Jobu Tupaki, seorang perempuan yang katanya akan menghancurkan multiverse.
Film Everything Everywhere All At Once adalah representasi dari multiverse of madness yang sesungguhnya. Multiverse yang dihadirkan dalam film ini sangat berani, beragam, unik, dan lebih gila.
Contohnya semesta dimana manusia memiliki hot dog hands sehingga membuat manusia menggunakan kakinya untuk bermain piano, semesta dimana manusia adalah batu, semesta dimana Evelyn adalah seorang aktris terkenal, dan masih banyak lagi.
Lalu cara untuk melintasi multiverse tersebut cukup unik, hanya perlu melakukan hal-hal aneh yang sebelumnya belum pernah dilakukan atau bahkan terpikirkan, seperti kencing di celana, menjilat tembok, dan mengatakan 'I love you' kepada musuh.
Sangat aneh, bukan? Tapi kece! Selain itu, Evelyn juga bisa menyerap kemampuan individunya yang dari semesta lain ke dalam dirinya seperti pada film The Matrix Series dimana Neo dapat mengunduh keahlian kung fu di dalam dirinya. Tetapi, dibalik segala keunikan tersebut, saya benar-benar dibuat takjub.
Kok bisa kepikiran sih?? Keren banget! Sebenarnya Kwan dan Scheinert sudah meneliti konsep ini sejak tahun 2010, dan mereka mulai menulis skenarionya pada tahun 2016.
The Daniel's dapat dengan baik menggabungkan genre drama keluarga dan fiksi ilmiah menjadi sesuatu yang sangat spesial. Visualnya yang imajinatif, humornya yang absurd, dan narasinya yang menyentuh penuh renungan dapat membuat penonton terbawa suasana.