Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik, dan banyak pula orang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha. Pembangunan akan lebih berhasil jika ditunjang oleh entrepreneur (wirausahawan) yang dapat membuka lapangan kerja karena kemampuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan karena sangat banyak membutuhkan anggaran belanja, personalia, dan pengawasan apalagi di negara kota Indonesia terdapat bonus demografi dimana ini akan menjadi permasalahan baru bagi negara kita jika tidak di tangani secara tepat.
Oleh sebab itu,entrepreneur merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri. Sekarang ini kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih belum terlalu banyak sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan.
Persaingan bisnis yang sangat kompetitif seperti saat ini memaksa setiap pelaku bisnis harus dapat melihat peluang yang ada di pasar yang serba tidak menentu yang menyebabkan setiap pelaku bisnis harus benar-benar kreatif dan inovatif dalam menghasilkan produk atau jasa yang akan mereka hasilkan. Untuk itu sangat dibutuhkan entrepreneurial economics yaitu upaya untuk membangun kemampuan ekonomi masyarakat di bidang kewirausahaan yang brtujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui berbagai macam penciptaan lapangan kerja baru. Seorang entrepreneur harus memiliki strategi, dimana strategi itu adalah bagaimana cara dan teknik seorang entrepreneur atau wirausaha dapat melihat sekaligus meraih peluang bisnis.
Selaras dengan Mapel produk kreatif dan kewirausahaan(PKK) di mana mapel ini adalah mapel yang baru di mulai tahun 2017. Mapel PKK mengharuskan ada produk yang didesain berdasarkan kreativitas siswa. Didukung dengan pembelajaran abad 21 seperti kreatif, critical thinking skill, komunikatif dan kolaboratif.
PKK sekarang bukan seperti mapel yang lalu (KWU). Melainkan sudah masuk dalam mapel kompetensi keahlian (C3). Sebagai mapel baru, mempunyai implikasi sebagai Project Based Learning (PBL).
Adapun langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek. Yang bisa diterapkan dalam mapel PKK. Ada enam langkah. Pertama, merancang. Penentuan proyek perancangan sebelum pelajaran dimulai. Kedua, penyusunan jadwal penyelesaian dengan fasilitas dan monitoring guru. Ketiga desain atau gambar produk. Keempat, penyusunan laporan dan presentasi dan kelima, evaluasi proses dan hasil proyek. Keenam, promosi dan pemasaran produk.
Hal itu pula yang kami lakukan di SMK ISFI BANJARMASIN, kami mengajak peserta didik untuk membuat berbagai macam produk kreatif diantaranya ramuan tradisional, permen jahe, serbuk jahe dan lilin aromaterapi.
Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat memiliki pengalaman dan kecakapan hidup. Dengan pembelajaran praktik diharapkan peserta didik lebih dapat mengembangkan kreatifitas dan potensi dalam diri, dapat bekerjasama dengan teman, dan dapat melatih jiwa kepemimpinan. Sehingga diharapkan tujuan pengajaran dalam membentuk jiwa kewirausahaan peserta didik dapat tercapai.
Sarana dan prasarana yang diberikan sekolah hanyalah sebagai penunjang keberhasilan suatu pembelajaran, tanpa fasilitator berupa tenaga pendidik (guru) bernama Yunika Perdana,S.Pd M.Pd dan Apt.Rizky Amalia,S.Farm yang profesional dalam bidangnya tentu proses pembelajaran tidak terjadi dengan baik.
Sehingga SMK ISFI BANJARMASIN merupakan sekolah menengah kejuruan yang memiliki fasilitas lengkap untuk mendukung pembelajaran mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan dapat berjalan dengan lancar, sehingga mampu menanamkan jiwa kewirausahaan pada diri peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H