Aku sudah sejauh ini, Ela. Perjalanan kali ini di mana aku benar-benar bertaruh isi perut. Aku tertawa saja. Aku menikmatinya. Perjalanan dengan sandal jepit dan jaket lusuh bersama sebuah kamera, menjadi teman yang diam. Aku sudah di Medan saja dan setelah itu entah kemana lagi. Menikmati setiap jejak langkah yang diperkenankan Tuhan.
Ela, apakah kau berdoa untukku? Hari ini aku hendak ke kampus tapi tak jadi. Dosennya sedang tidak di tempat. Lalu, aku mengingat, pernah aku menjanjikan seseorang untuk kuajak ngopi ketika aku di Medan ini. Tapi tak jadi. Aku ingin dalam perjalanan saja dan aku juga tak cukup duit untuk mengajaknya. Aku tak mau mempermalukan diriku sebagai seorang abangan.
Admin agen perjalanan itu sudah melirikku, mungkin mau mengatakan supaya cepat bergegas untuk berangkat. Aku diam saja. Teh yang aku pesan belum habis.
Aku melihat sepasang kekasih, sepertinya mereka sepasang kekasih. Sang Gadis mengantar Lelakinya menuju Loket. Salah satu dari mereka juga hendak berangkat. Entah siapa. Mereka bergenggaman tangan. Macam mau berpisah lama.
Gadis itu memeluk lelaki dihadapannya dengan erat. Tak mau melepas pergi. Sementara lelaki itu mencoba menenangkan dengan mengisap kepala gadis itu. Mereka haus siap menghadapi rindu.
Bunyi klakson kesekian kalinya. Kali ini supir itu yang melirikku dengan senyum sumringah. Aku balas senyumnya sembari mengemasi tas-tasku. Aku harus berangkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H