Siapa yang tak kenal dengan panasnya Surabaya? Mungkin hampir tidak ada. Yah, Kota Pahlawan ini memang terkenal dengan cuaca panasnya yang menyengat. Saat matahari mulai condong ke barat, udara panas mulai berkurang. Waktu yang tepat untuk mengunjungi tempat-tempat ikonik. Tak lengkap rasanya kalau tak pernah mengunjungi pusat kota, tempat alun-alun berada.
Alun-alun Surabaya cukup berbeda dengan alun-alun pada umumnya. Dimana pada alun-alaun lain terdapat tanah lapang yang dinaungi pohon-pohon besar, sedangkan Alun-alun Surabaya lebih seperti museum. Seperti bangunan lama yang menyimpan sejarah. Memanjakan mata dengan arsitektur kuno yang tetap dipertahankan.
Dari gerbang masuk, kita bisa pergi ke museum bawah tanah yang akses satu-satunya adalah menggunakan eskalator. Merupakan pengalaman yang agak menegangkan bagi saya yang takut naik eskalator. Di museum bawah tanah ini, dipamerkan foto-foto lama sejarah berdirinya bangunan yang sekarang difungsikan sebagai alun-alun. Disertai pula benda-benda kuno dalam kotak kaca. Cukup membosankan menurut saya sebab gambar hitam putih yang dipamerkan tampak kurang menarik. Tersedia pula tempat bermain skateboard di sisi samping museum.
Berjalan menyusuri bangunan bercat putih alun-alun terasa menyenangkan karena suasananya terasa seperti di zaman yang berbeda. Tepatnya pada zaman Hindia Belanda. Pada bagian dalam alun-alun, terdapat air mancur dengan asap yang menarik perhatian saya karena cukup unik.
Menikmati pergantian sore ke malam di langit Surabaya ditemani dengan cantiknya arsitektur alun-alun merupakan sebuah pengalaman unik yang patut dicoba. Jangan lupa, bila pergi ke sini sekalian mampir ke perpustakaan kota yang letaknya satu kompleks. Pada pojok kompleks, tersedia pula masjid bagi teman-teman muslim untuk beribadah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H