Lihat ke Halaman Asli

Santri, Pembelajar Sejati

Diperbarui: 3 November 2016   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

SANTRI, Pembelajar Sejati

Bagiku santri bukanlah pelajar biasa, santri adalah sosok pembelajar dan pencari ilmu sejati. Santri adalah seorang pembelajar lahir dan batin, yang menimba ilmu dengan niat untuk “tafaquh fiddin” tanpa mengenal batas usia.

Batas perjalanan kehidupan santri adalah ketika dia mulai terjun di masyarakat. Itulah mungkin wisuda yang sesungguhnya bagi kaum santri. Masyarakatlah yang akan memberi gelar kehormatan atas kiprah dan keilmuannya. Pada tahapan inilah sang santri kemudian mendapatkan gelar ustadz, syeikh, atau kyai sesuai dengan tradisi masyarakat dalam menghormati ahli ilmu agama di daerahnya. Inilah yang membedakan perjalanan dan perjuangan perih santri dengan pelajar biasa. Di zaman modern seperti sekarang masih adakah orang yang mau menimba ilmu lahir dan batin ditengah godaan hedonisme? Sulit kita menemukan pelajar yang sanggup perih dan menderita mengaji tiada henti.

Pada saat nusantara dijajah Belanda, bukan pelajar sekolahannya yang berani mati syahid membela negara. Tapi santrilah yang siap mati syahid ketika dikumandangkan resolusi jihad melawan penjajah. Ribuan nyawa santri dan kiyai melayang menyuburkan tanah nusantara hingga terbentuklah negara yang bernama Indonesia. Namun sekali lagi, yang mendapatkan manisnya perjuangan santri justru kaum sekolahan didikan sekolah Belanda. Yang jadi pejabat negara sejak Indonesia merdeka banyak kaum abangan didikan penjajah Belanda. Hingga Indonesia berumur 70 tahun baru mau legowo mengakui peran santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Presiden Joko Widodo menetapkan tanggal 22 Oktober 2015 sebagai Hari Santri Nasional, inilah satu-satunya presiden yang diasuh kaum santri berani memberikan penghargaan.

Hari santri ini punya makna historis yang panjang kalau dibahas. Namun intinya adalah bagaimana menyambung ikatan historis perjuangan santri demi mengisi kemerdekaan agar santri tidak dipinggirkan oleh antek-antek penjajah modern. Dulu jelas musuhnya penjajah Belanda terlihat oleh mata dan jelas perangnya. Tapi sekarang penjajahan sudah tidak berbentuk perang senjata dan penjajahnya pun bukan hanya bangsa asing. Penjajahan era santri sekarang adalah melawan antek penjajah yang sebangsa setanah air. Dialah yang menjual kepentingan dan hajat hidup rakyat kepada bangsa asing atas nama perdagangan bebas. Dialah yang mengundang orang asing agar datang menguasai sumber ekonomi rakyat.

Maka resolusi jihad santri pada zaman sekarang adalah jihad ekonomi untuk kemaslahatan bersama. Saatnya kita menjadi tuan di negeri sendiri, dan hanya santri yang sejak awal di didik merdeka dan anti penjajah. Santri sudah di takdirkan sebagai kaum terpelajar yang tidak diajari jadi kaum yang tunduk kepada kaum penjajah. Makanya tidak ada santri yang jadi hamba penjajah, dan semua punya kemandirian dalam usaha.

Resolusi jihad santri hari ini adalah bagaimana menguasai sumber ekonomi nusantara yang dikuasai asing agar kembali ke bangsa ini. Saatnya santri harus menjadi manusia multitalenta agar tidak ada lagi perusahaan asing milik Singapura membeli saham mayoritas Telkomsel dan Indosat atau Amerika yang menggurita usahanya atas konsesi anteknya di pemerintahan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline