Bagi saya, tahun 2014 merupakan salah satu periode hidup dengan pencapaian yang cukup besar, sehingga terpatri di dalam memori bahwa inilah langkah baru jalan hidupku. Perspektif yang saya gunakan untuk menggambarkan itu semua adalah sinergisme hidup: kombinasi antara tujuan hidup yang sesungguhnya yang sudah saya temukan di pesantren, dengan tuntutan tanggung jawab di organisasi kampus, sekaligus tanggung jawab dan impian terhadap diri saya sendiri sebagai seorang mahasiswa dengan aspek akademiknya.
Periode tersebut adalah masa di mana saya sedang menempuh semester 5-6-7 studi saya di Jurusan S1 Manajemen STIE Ekuitas. Menurut pengalaman, masa-masa tersebut jelas telah lewat masa beradaptasi bagi mahasiswa dan telah memasuki fase senior. Begitu juga dilihat dari segi usia, saya mulai memasuki usia dengan kepala dua. Artinya, saya harus mulai mempunyai porsi lebih banyak untuk dapat berkontribusi bagi lingkungan. Semua pencapaian yang pernah diraih saya anggap sebagai proses belajar, karena kesuksesan bagi saya adalah keberhasilan untuk menjalani proses dengan niat yang baik, sehingga diperoleh pembelajaran yang berharga.
Pencapaian pertama adalah ketika saya memutuskan untuk masuk pesantren. Hal pertama, yang saya ingat ketika mengambil keputusan itu adalah perkataan salah satu guru ngaji saya di kampus yang kebetulan beliau salah satu ustadz juga di pesantren yang saya masuki. Beliau berkata pada saya, ”saya berharap ini keputusan terbaik untukmu. Bersyukurlah karena Allah telah memberikan kamu hidayah yang luar biasa, hingga kamu mampu melangkah dan bersikap sampai sejauh ini.” Tidak pernah terpikirkan olehku bahwa akhirnya aku akan memulai kehidupanku di tempat yang baru. Tempat yang menjadi persinggahan dan berkumpulnya para ulama, kyai, dan santri-santri itu akan menjadi cerita baru untuk kehidupanku selanjutya.
Pencapaian selanjutnya di dunia kampus, setelah melalui wawancara dan pertimbangan yang cukup panjang, saya diamanahi untuk bergabung dalam kepengurusan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) STIE Ekuitas sebagai staf komisi 1 yang mengawasi kinerja Kementrian Dalam Negeri Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIE Ekuitas. Di samping itu, saya memasuki tahun kedua saya diangkat menjadi ketua komisi 2, yang bertanggung jawab mengawasi kinerja Kementrian Pendidikan yang ada di BEM. Ditambah lagi, selepas aktivitas Ramadhan di kampus,
saya turut dilibatkan sebagai panitia inti penyelenggaraan Idul Adha di organisasi Forum Mahasiswa Islam (FORMAIS) STIE Ekuitas (yang merupakan hal baru bagi saya). Di masa yang bagi saya terasa cukup berat tersebut, saya mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman baru yang membentuk pribadi saya apa adanya saat ini. Pada kondisi tersebut, keluarga adalah salah satu penyokong terbesar kesuksesan saya.
Setelah berjuang melalui proses yang cukup panjang, dengan rahmat Tuhan pencapaian terakhir dan mungkin ini adalah pembuktian dari salah satu impian saya. Alhamdulillah tahun 2014 ini saya mendapat jawaban yang baik. Secara tak terduga, pencapaian pribadi saya juga terbilang cukup memuaskan, tepat pada tanggal 22-24 July 2014 saya berhasil menginjakan kaki di Negara yang menjadi impian saya untuk dapat saya kunjungi yaitu Negara Jepang.
Kebanggan tersendiri untuk saya ketika diri ini perlahan mampu mewujudkan rangkaian puzzle impian, saya berangkat ke Jepang dengan hanya bermodalkan hoby bahkan secara cuma-cuma saya bisa pergi kesana. Awal ceritanya yaitu ketika aku mengirimkan salah satu paper penelitianku ke dalam konferensi internasional yang ada di Jepang, dan siapa sangka paper saya diterima dan lolos blindly review processserta diundang untuk Oral Presentation.Kepergian saya ke Jepang saat itu didanai oleh pihak kampus dan Kementrian Pendidikan Indonesia, kembali muncul rasa bangga karna saya mampu mewakili Indonesia untuk terus berprestasi di dunia internasional.
Di tahun yang sama tepatnya bulan Desember 2014, saya kembali mengukir prestasi dengan kepergian saya ke Kuala Lumpur, Malaysia dengan hal yang sama yaitu persentasi paper dalam konferensi internasional. Hingga saat ini saya sudah memiliki jurnal internasional sendiri.
Terlepas dari keberhasilan fisik yang dicapai, tahun tersebut sangat berkesan karena banyaknya ilmu dan pengalaman baru yang saya peroleh, yang ternyata sangat bermanfaat di kemudian hari. semua kesuksesan itu tidak terlepas dari peran keluarga. Bagi saya keluarga adalah suatu tim kerja utama yang menjadi tanggung jawab, sekaligus sumber energi.
Pada periode ini, saya belajar banyak mengenai kedisiplinan, efisiensi waktu, dan konsistensi dari sebuah lingkungan kecil yaitu keluarga. Dimana sosok ayah yang selalu mengajarkan saya tentang arti kebijaksanaan dalam mengambil langkah dan keputusan, sosok ibu yang selalu mengajarkan saya arti kasih saya dan kelembutan serta sosok adik tercinta yang selalu menjadi penyemangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H