Akuakultur dalam Pengembangan Ilmu Fisika Dasar
Oleh Restu Putra Prasetya, Ulfiyatush Shufiyah, Yunia Rahma Fatika
1. Pengertian dan Sejarah Akuakultur
Sejarah perkembangan akuakultur atau budidaya perairan dimulai dari masa Mesir dari kerajaan tengah sekitar 2051 SM yang berusaha membudidaya ikan secara intensif. Setelah budidaya perikanan dipraktekkan di Mesir, Roma juga mempraktekkan akuakultur yang diaplikasikan menggunakan kerang oyters. Budidaya yang dilakukan di Roma ini adalah menjadi cikal bakal berkembangnya akuakultur terhadap beberapa bentuk akuakultur yang berbentuk lebih modern.
Budidaya perairan modern dimulai sekitar tahun 1733 ketika seorang petani Jerman yang berhasil mengumpulkan telur ikan, dibuahi, lalu tumbuh dan mengembangkan ikan yang telah menetas. Awalnya budidaya perikanan atau akuakultur ini hanya diperuntukkan untuk ikan air tawar, tetapi pada abad ke-20 akuakultur diaplikasikan menggunakan teknik-teknik baru yang berhasil berkembang hingga budidaya ikan air laut.
Akuakultur dalam artian luas dapat diartikan sebagai budidaya perairan. Akuakultur merupakan rekayasa pemeliharaan, pendayagunaan, dan pengembangbiakan yang didalamnya dapat diterapkan kegiatan pertanian seperti minapadi. Akuakultur juga bisa disebut suatu kegiatan pembudidayaan untuk menghasilkan biota perairan (hewan poikiloterm) seperti kerang, udang, dan ikan.
2. Ilmu Fisika Dasar dalam Akuakultur
Akuakultur atau budidaya perairan tentunya tidak terlepas dengan ilmu-ilmu dasar fisika, dengan adanya faktor-faktor dan parameter yang berbeda disetiap ikan yang harus diperhatikan setiap waktu membuat para pembudidaya harus bisa menguasai ilmu-ilmu fisika. Apabila terjadi kesalahan dalam pengukuran parameter yang menerapkan ilmu fisika, maka akan terjadi kesalahan fatal yang paling buruk dapat mengakibatkan ikan mati secara masal.
Ilmu fisika dasar yang diaplikasikan pada akuakultur biasanya berupa parameter kualitas air. Parameter kualitas air yang mengimplementasikan ilmu fisika dasar antara lain pengukuran suhu,. Kecerahan air budidaya, kecepatan arus, kelimpahan oksigen terlarut, kedalaman air, dan salinitas.
Suhu, salinitas, dan kelimpahan oksigen terlarut merupakan perkembangan dari ilmu fisika dasar yang harus selalu diperhatikan oleh pembudidaya ikan. Pada budidaya ikan air tawar suhu yang ideal adalah 27-32C, kelimpahan oksigen terlarut yang ideal adalah >4mg/L, sedangkan salinitas 15-25 ppt.
Selain itu, pada budidaya perikanan juga menggunakan beberapa alat penunjang yang merupakan pengembangan dari ilmu fisika antara lain GPS yang digunakan untuk menandai lokasi dimana ikan-ikan berkumpul sehingga dapat diketahui sebaran ikan yang teratur, secchi disk digunakan untuk mengukur kecerahan air, dan batimetri serta gelombang sinar yang digunakan untuk mengukur kedalaman air.