Lihat ke Halaman Asli

Tarian Sufi : Anjuran atau Bid'ah ?

Diperbarui: 4 April 2017   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menarik sekali melihat penampilan "Si Metal Arabian" Huesin dalam malam puncak Indonesian Idol (23/5) di RCTI. Walaupun saya tidak mengidolakan Husein (Virza Jagoan Saya), tetapi melihat penampilannya yang kedua dengan lagu karya Opiek benar-benar membuat larut. Aransement musik yang syahdu dan mendayu-dayu dan beberapa dancer yang menari ala sufi itu semakin membuat jadi merinding.

Pikir saya, apa tidak pusing sih orang menari hanya berputar seperti gangsing begitu ?
Pencetus Tarian Sufi
Tarian sufi (beberapa sumber mengatakan 'sema') diciptakan oleh Jalaluddin Rumi. Seorang Sufi yang dilahirkan di kota Balkh-Afghanistan, 30 September 1273. Tarian berputar melawan arah jarum jam ini merupakan paduan warna dari tradisi, sejarah, kepercayaan, dan budaya Turki.
Kenapa Berputar ?
Menurut Profesor Zaki Saritoprak, pakar dan pemerhati pemikiran Jalaluddin Rumi dari Monash University, Australia, berpandangan bahwa kondisi dasar semua yang ada di dunia ini adalah berputar. Tidak ada satu benda dan makhluk yang tidak berputar. Keadaan ini dikarenakan perputaran elektron, proton, dan neutron dalam atom yang merupakan partikel terkecil penyusun semua benda atau makhluk.
Tarian sufi yang didominasi gerakan berputar-putar mengajak akal untuk menyatu dengan perputaran keseluruhan ciptaan dari tidak ada, ada, kemudian kembali ke tiada.
Berapa Lama Berputar
Dalam berputar, penari tidak memiliki patokan waktu tentang “berapa lama ia harus berputar” atau “seberapa cepat putarannya”, tetapi penari dituntut terus berputar hingga ia kehilangan emosi dan menyerahkan diri sepenuhnya pada Yang Maha Kuasa.
Apa Makna Tarian Sufi ?


  • Tangan kanan yang menghadap ke atas memiliki makna bahwa sang penari mendapatkan hidayah dari Allah, kemudian tangan kiri yang menghadap ke bawah memiliki makna menyebarkan hidayah yang telah diterima. Ini menyimbolkan adanya hubungan yang baik antara makhluk dengan Sang Khalik dan hubungan antara makhluk dengan makhluk lainnya.
  • Garakan kaki para penari sufi juga memiliki beberapa makna tentang kehidupan. Kaki kanan yang digunakan untuk melakukan putaran memiliki makna bahwa seseorang akan melangkah ke arah yang lebih baik. kaki kanan pun ketika melakukan pergerakan menyimbolkan bahwa ia menginjak-injak segala sifat keduniawian dan memilih untuk melangkah kea rah yang benar yaitu, seusuai putaran yang sebenarnya. Kaki kiri sebagai tumpuan pun memiliki makna bahwa bagaimanapun seseorang bergerak asalkan memiliki tumpuan yang elas maka orang tersebut tidak akan terperosok ke dalam jurang kemaksiatan.
  • Pakaian para penari sufi memiliki beberapa atribut yang sangat khas. Di bagian kepala penari memakai topi maulawi. Selanjutnya, penari pun memakai jubah hitam dan tennur putih.
  • Topi maulawi yang dipakai penari sufi adalah topi merupakan topi memanjang. Topi ini melambangkan batu nisan. Dengan perlambangan seperti itu maka tarian ini mengingatkan pada kematian, sehingga akan seseorang akan selalu mempersiakan diri pada kematian.
  • Jubah hitam melambangkan alam kubur yang ketika dilepaskan melambangkan kelahiran kembali menuju kebenaran. Sedangkan tennur putih melambangkan kain kafan yang membungkus ego.
  • Penari sufi memakai kuff. Kuff adalah kulit yang dipergunakan Rasullulah pada musim dingin sebagai alas kaki. Digunakannya kuff untuk menghindari menjejak bumi karena energi bumi negatif, penuh keduniawian.

Anjuran Atau Bid'ah ?
Ada dua pendapat tentang tarian sufi ini, dimana banyak ulama yang mengatakan bahwa tarian ini adalah hasil budaya manusia yang tidak ada hubungan ibadah jadi tidak termasuk bid'ah, akan tetapi banyak juga ulama yang mengatakan bahwa tarian Sufi (Sema) mengatakan bid'ah.
Salah satu ulama yang mengatakan bid'ah tersebut adalah Syaikh Salim bin Muhammad Al ‘Ummarri. Syaikh Salim ada adalah da’i sunnah di Saudi Arabia yang tulisan-tulisan bisa didapatkan di web www.alammary.net.
Dasar argumen Syeihk Salim adalah Hadits yang diriwayatkan sahabat Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah berkhutbah :


“Beliau memuja-muji Allah dengan segala pujian yang layak bagi-Nya, kemudian bersabda: ‘Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah, tidak akan ada yang dapat membuatnya tersesat. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, tidak ada pemberi hidayah yang dapat menolongnya. Perkataan yang paling benar adalah kitabullah. Hidayah yang paling utama adalah petunjuk dari Muhammad. Perkara agama yang paling buruk adalah yang dibuat-buat’. Setiap yang dibuat-buat dalam agama adalah bid’ah. Setiap bid’ah itu sesat. Setiap kesesatan itu tempatnya di neraka“


Penjelasan Syaikh Salim bin Muhammad Al ‘Ummarri,
Hadits ini sudah cukup untuk membuat kita waspada dari bid’ah dan tidak mendekatinya. Bagaimana mungkin orang yang sangat ingin dekat dengan Allah malah berbuat bid’ah dalam agama Allah Ta’ala? Bid’ah itu adalah sebab datangnya murka dan kemarahan Allah. Kita mohon kepada Allah agar senantiasa diberi ampunan-Nya dan keselamatan dari-Nya.
Wallahu 'alam. Bagaimana menurut Anda ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline