Kemarin hari Selasa Pon, 19 Maret 2019, bertepatan 12 Rajab,telah dikocok undian Sudirman Cup (piala Sudirman sebagai ajang bergengsi campuran dunia) tahun 2019. Indonesia sebagai unggulan ketiga, menjadi satu grup dengan Denmark dan Inggris.
Jepang sebagai unggulan pertama, berada di grup A bersama Thailand dan Rusia. Sedangkan Tiongkok (unggulan kedua) di grup D bersama India dan Malaysia. Unggulan keempat adalah Korea Selatan bersama China Taipei (Taiwan) dan Hong Kong di grup C.
Piala Sudirman jelas merupakan sumbangan Indonesia kepada dunia bulutangkis. Namanya diambil dari pak "Dick" Sudirman yang dulu telah berhasil menyatukan kekisruhan badan bulutangkis dunia. Nama Indonesia --selain Sudirman-yang dipakai dunia adalah Justian Suhandinata Cup untuk beregu yunior campuran.
Tahun ini Sudirman Cup menginjak usia 30 tahun. Tiongkok mendapatkan gelar terbanyak dengan 10 kali juara. Berikutnya Korea dengan 4 (empat) kali juara yaitu tahun 1991, 1993, 2003, dan 2017.
Next ialah Indonesia yang pernah mencicip manisnya juara dunia beregu campuran pada tahun 1989. Prestasi terburuk Indonesia adalah tahun 2017 lalu, yaitu tidak bisa lolos dari grup. Waktu itu Indonesia kalah dari India 1-4 dan hanya menang 3-2 atas Denmark.
Kalau Tiongkok adalah pemegang gelar juara terbanyak, maka Indonesia adalah runner up terbanyak -yakni sejumlah 6 (enam) kali, yaitu tahun 1991, 1993, 1995, 2001, 2005, dan 2007.
Tahun ini Sudirman Cup menginjak usia 30 tahun. Dan 30 tahun pula piala Sudirman tak pernah bersemayam ke bumi pertiwi lagi. Sepertinya tahun ini demikian juga.
Kita berharap dua tahun lagi, ya tahun 2021. Dua tahun lagi siapa tahu Indonesia mau menawarkan diri jadi tuan rumah, sehingga peristiwa tahun 1989 berulang. Kita berharap dua tahun lagi siapa tahu pemain Indonesia (terutama tunggal putra dan putri) telah beranjak dewasa. Ya siapa tahu. Tahun ini? Belum sepertinya...
Kembali ke Sudirman Cup 2019 nanti (19-26 Mei di Nanning, RRT) bagaimana peluang Indonesia? Seandainya PBSI menjadi juara grup, kemungkinan akan mendapat lawan runner up grup A (Thailand mungkin), runner grup C (sama kuat antara Korea dan Taiwan), runner up grup D (sepertinya India), atau bisa jadi ketemu lagi dengan anggota grup B yaitu Denmark.
Lawan berat adalah antara Korea atau Taiwan. Korea mengandalkan sektor tunggal dan ganda putri. Demikian pula Taiwan dengan kekuatan utama tunggalnya plus ganda putra dan sedikit ganda campuran. Berbahaya bila kita tidak hati-hati.
Kita anggap Indonesia lolos ke semifinal. Nah di semifinal ini ujian sesungguhnya. Apakah mampu menahan samurai Jepang, dan/ atau meredam tembok besar China. Dua-duanya susah. Mereka berdua tangguh di setiap nomor. Bedanya, Jepang memiliki anternatif pemain yang lebih banyak --dan merata- untuk ganda putri, tunggal putri, dan ganda putra.