Lihat ke Halaman Asli

Yuniandono Achmad

Dreams dan Dare (to) Die

RIP Pak Soerjadi, dan RIP Man Doubles: HS/MA

Diperbarui: 10 Desember 2016   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Berita tentang bulutangkis Indonesia di hari Kamis 08/12/16 cenderung mengejutkan. Berita PERTAMA mengenai berpulangnya Letjen (Purn) Soerjadi mantan ketua umum PBSI. Beliaulah yang memimpin Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) tahun 1993-1997. Selaku ketua umum, periode belia merupakan masa emas bulutangkis Indonesia. 

Salahsatunya karena berhasil mengembalikan supremasi thomas (dan uber) indonesia setelah selama sepuluh tahun tanpa thomas (1984-1994). Dan untuk berapa puluh tahun tanpa uber -sejak Minarni Cs meraihnya. Beliau jugalah yang menenangkan suporter senayan karena penonton yang membludak -tumpah ruah sehingga lapangan tidak muat saat itu. Waktu itu Ina menang 3-0 atas Malaysia di final tahun 1994. Pertandingan dicukupkan sampai 3 (tiga) partai -meski masa-masa itu sebenarnya masih bia dilanjutkan dua partai lain (yaitu ganda kedua dan single ketiga). Karena alasan keamanan, partai 4 dan 5 tidak dimainkan.  

Pidato yang menenangkan massa ketika itu disampaikan pak Soerjadi ini, dan beliau tutup dengan, "Kita menang!" Barangkali sampai tiga kali pak Soerjadi mengucapkannya. Penonton semakin heroik teriakan-teriakannya sambil bertepuk tangan membahana mendengar kata itu: Kita menang. Untung ketua delegasi malaysia (datok atau cik siapa itu) kelihatan tetap tenang dan tersenyam senyum waktu diwawancarai TVRI. 

Pembawa acara TVRI pada saat itu (barangkali pak Sambas atau siapa ya) menyebutnya dengan "Walau hati panas kepala tetap dingin". Padahal bisa saja tim malaysia saat itu protes keras (dengan alasan keamanan) dan memang single kedua mereka -seingatku Ong Ewe Hock- sempat komplain karena botol aqua masuk ke lapangan, gara-gara dilempar oleh salah seorang penonton. Kalau sampai BAM a.k.a pbsi-nya malaysia protes bisa-bisa kejadian Scheele (wasit yang menghentikan pertandingan final thomas IDN vs MAS di tahun 70-an) terulang lagi. Artinya pertandingan dihentikan dan Thomas terbang ke Malaysia. Untungnya tidak.

Masa periode pak Surjadi kekurangannya satu (kekurangan yang belum tertutup s/d sekarang) yaitu belum mampu merebut piala beregu campuran Sudirman Cup. Ada kejadian unik tahun 1995, yaitu keinginan Pbsi utk mempersembahkan piala sudirman di perayaan 50 tahun RI. Optimisme berlebihan karena thomas-uber duaduanya dimiliki indonesia. Pada saat itu kita punya Susy susanti, Heryanto arbi, Ricky-Rexy dan sebagainya. Kontingen /pengurus PBSI dibawa lengkap saat itu -untuk merayakan final sudirman. 

Namun apes, indonesia kalah di final melawan Tiongkok -tempatnya di Lausanne. Apesnya lagi, ketika selebrasi tim RRT, dengan membawa bendera Tiongkok, saat itu benderanya terlepas dan mengenai pak Soerjadi ini. Penonton meminta bendera tiongkok tsb tapi tidak diberikan oleh pak Soerjadi. Beliau malah memberikannya ke panitia. Anyway menurut Rexy Mainaki di Kompas kamis (08/12) Pak Soerjadi pernah dengan seragam militer lengkap ikut terjun ke kolam saat thomas uber juara tahun 1994 itu #RIP letjen purn Soerjadi. 

Berita KEDUA adalah "RIP"nya ganda kita Hendra Setiawan dan Muhammad Ahsan (HS/MA). Memang sebenarnya sudah awal desember si Hendra men-declare putusnya hubungan dengan pelatnas. Hendra Setiawan out dari pelatnas PBSI, menjadi pemain profesional (dengan dukungan klub Jaya Raya). Uniknya yang dipilih jadi pasangan adalah Tan Boon Heong (TBH), pemain kawakan negeri jiran. TBH ini bersama Koo Kien Kiat (KKK) dulunya merupakan binaan Rexy Mainaki (karena Rexy pernah dikontrak oleh BAM Malaysia). 

Puncak prestasi TBH/ KKK adalah meraih gelar asian games 2006 mengalahkan pasangan Indonesia lainnya: Luluk Hadiyanto/ Alvent. Kemudian tahun 2010 TBH/ KK ke final Asian Games lagi tapi dikalahkan Hendra/Markis Kido lewat rubber set, bahkan set kedua sebenarnya Malaysia sudah meraih golden point. Namun ketenangan dimiliki Hendra/ Kido yang membalikkan keadaan, deuce, dan menang 25-23 (kalau tidak salah). Set ketiga nyaris lagi, namun keberuntungan milik Hendra/Kido yang menang 21-19, maka menangislah Koo Kian Kiet.

Tetapi di lain kesempatan, pemerhati bulutangkis juga tidak akan lupa saat INA kalah 0-3 di semifinal Thomas tahun 2014 melawan Malaysia. Partai kedua hendra/ahsan melawan Tan Boon Heong dengan pemain muda negeri jiran. Hendra sempat mengepalkan tangan melihat bolanya akan jatuh di tempat kosong dan ganda kita menang. Tapi ajiibbb, TBH bisa mengembalikannya, dan seterusnya merekalah yang menang. 

Artinya kalau di dunia politik dikatakan "tidak ada musuh abadi namun adanya kepentingan abadi", hal tersebut sepertinya berlaku juga di badminton. Hendra (32 th) akan berpasangan dengan TBH (29) mulai tahun depan. #welcome the professional badminton player

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline