Lihat ke Halaman Asli

Yuni Pratiwi S.Pd

Mahasiswa PPG Prajabatan Universitas Ahmad Dahlan Tahun 2022

Tuntutan Menjadi Guru di Masa Pandemi

Diperbarui: 12 Mei 2022   10:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kualitas pendidikan indonesia dimasa pandemi ini semakin merosot. Bagaimana tidak, banyak faktor yang belum pernah dihadapi oleh tenaga pendidik muncul bersamaan dengan pembatasan sosial yang diberlakukan. Mereka dipaksa untuk memberikan pelajaran secara daring yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Hal terberat adalah tidak semua tenaga pendidik melek teknologi. Beberapa dari mereka kesulitan ketika memberikan pelajaran yang dapat diterima oleh siswa. Bahkan ada beberapa dari mereka yang hanya mengandalkan tugas dan ebook tanpa memberi penjelasan kepada siswa.

Bagaimana siswa bisa minat belajar ketika pada saat pelajaran daring saja tidak lebih menarik daripada pada saat dikelas. Ini adalah faktor yang harus diperhatikan oleh para guru. Mereka harus beradaptasi lebih cepat. karena semakin lama siswa tidak mendapatkan pembelajaran yang layak akan berdampak pada kualitas pendidikan kita juga.

Apalagi dengan kualitas target kurikulum yang tidak akan bisa dicapai oleh siswa. Walaupun hal ini selalu ditolerir karena siswa juga tidak mendapatkan pembelajaran sebagaimana mestinya, karena para guru dan siswa tidak dapat melakukan pendekatan secara fisik. Maka para guru harus bekerja ekstra agar hubungan para guru dan siswa lebih interaktif

Bahkan UNICEF pada juni 2020 mendata dari 4.016 responden rentan usia 14-24 tahun. Sekitar 68% anak bosan melakukan pembelajaran daring. Dan 38% diantaranya mengatakan bahwa kurangnya interaksi dari guru. 

Padahal pada pembelajaran daring, guru yang dapat memanfaatkan media online dapat melakukan interaksi lebih intens daripada pembelajaran luring. Selain media online yang hanya untuk tatap muka, guru dapat membuat video animasi, video praktikal atau games. Tetapi Guru harus lebih pintar dalam memilih metode yang akan digunakan.

Tetapi, hal ini tidak dapat dilakukan jika ada sarana dan prasarana yang ada tidak mendukung. Selain guru yang mengerti teknologi siswa juga dituntut untuk mengerti teknologi juga. Apalagi tidak semua siswa punya gawai atau internet yang selalu terhubung sebagai syarat pembelajaran daring.

Maka dari itu para guru harus melakukan lompatan besar agar siswa dapat bertahan dan fokus dalam melakukan pembelajaran daring. Lebih inovatif adalah tuntutan terbesar dalam keadaan seperti ini. Diharapkan guru dapat memanfaatkan teknologi yang berkembang ini sebaik mungkin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline