Begitu hitungan cepat Pileg 2014 selesai banyak bermunculan analisis politik, mulai analis dadakan sampai analis yang cukup kompetensinya tampil di seluruh media nasional.
Pada pokoknya hasil analisa para analis tersebut mempunyai benang merah kurang lebih sama,
1.PDI dianggap gagal mencapai target 27.02%;
2.Demokrat terjun bebas;
3.Golkar stagnan;
4.Partai Islam mempermalukan ‘ramalan’ pengamat & lembaga survey;
5.PKB dan Gerindra prestasinya mengagumkan;
6.Nasdem lumayan.
7.Jokowi ngefek ternyata gak ngefek;
8.Kejutan Rhoma ngefek mempermalukan analisa pengamat dan survey;
Kedelapan topik analisa diatas manakah yang menarik?.
Ternyata yang paling menarik adalah seluruhnya atau kedelapan poin diatas.
Namun yang jauh lebih menarik selain kedelapan poin tersebut adalah menghilangnya sosok pengamat dan lembaga yang biasa menghiasi seluruh media cetak dan elektronik ic. internet selama ini.
Kalaupun ada satu dua yang terlihat, mereka hanya menyampaikan secara singkat dan rada ‘membela diri’ dengan ‘tidak malu’ mencoba meyakinkan bahwa opini, pengamatan dan survey mereka tetap benar yang salah adalah kita-kita, kenapa tetap mau mempercayai, membayar mahal, mendengar opini, survey dan pegamatan sepenuhnya walau sudah tahu memang bukan paling benar.
Dan kini mereka sudah kalah malu kecapnya bau kecut pula basi lagi, maka 1001 alasan dibuat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H