Lihat ke Halaman Asli

Prabowo Negarawan, Jokowi Bocah Tua Nakal

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14028961311609670683

Usai debat ke-2 seperti biasa debat sengit menyusul kemudian, siapa unggul siapa kalah melebihi debat capresnya sendiri.

Gak penting debat susulan publik ada manfaat atau tidak, yang penting debat kusir sampai debat kasar pokoke harus lebih seru.

Setiap kubu punya argumen masing-masing menjual keyakinan pilihan salah satu calon adalah paling hebat, gak penting salah atau benar, bohong atau jujur, pokoke capresku adalah tuhanku.

Program masing-masing capres gak penting, karena sudah biasa kenyang janji-janji, sudah nikmat dibohongi, sudah kebal diperkosa harta dan martabat.

Menariknya adalah perilaku kedua capres satu capresnya grogi, kaku dan tegang. Entah apa yang ada dibenaknya saat beberapa kali memandang rivalnya dengan sudut mata, sedikit sinis sambil menyeringai. Tidak perlu rasanya membahas hal itu namun penonton acara debat atau bagi permirsa hal itu cukup mengganggu apalagi tampilan suasana tanya-jawab dalam dua jendela close-up sosok masing-masing capres salah satu TV.

Capres satu lagi lebih tenang sembari menulis catatan memandang kearah penonton debat, kadang terlihat kurang nyaman seakan ada gambaran acara debat kepingin cepat diakhiri, bahkan telihat dan terdengar sedikit menggerutu karena acara membuat mereka berdua lebih capai duduk, berdiri dan ngomong berkali-kali dibanding moderator dan penonton yang senantiasa duduk dan mendengar.

Yang mengejutkan dari acara tanya jawab seharusnya diisi dengan pertanyaan dan jawaban sesuai tema, ternyata muncul pertanyaan ‘nakal’ bin ‘idiot’ dari Jokowi tentang TPID tanpa memberi kepanjangannya.

Memang sah-sah saja, hanya menjadi masalah karena kita yakin dari semua yang hadir didalam ruangan dipastikan lebih dari separuh tidak akan tahu apa kepanjangan TPID termasuk penonton di kota apalagi di desa. Pertanyaan sangat tehnis, dilontarkan dengan kesengajaan ‘memprovokasi’ rival seakan menunggu respon negatif yang dianggap menguntungkannya sama seperti debat sebelumnya, benar-benar nakal tapi telah meluluh-lantakkankan sisi ‘gentleman’ seorang Jokowi dan mendegradasikan debat capres menjadi debat bocah picisan atau anak-anak tak mengenyam pendidikan normal.

Ternyata reaksi didapat berbeda, Prabowo menampilkan gaya cepat seorang mantan ‘prajurit tempur’ yang jujur mengaku tidak tahu dan menjawab pas dengan porsinya menghindar masuk lebih jauh dan langsung menjelaskan bahwa itu adalah wilayah pekerjaan Kepala Daerah.

Demikian juga dengan saat pertanyaan lebih ringan tentang industri kreatif dilontarkan, Prabowo langsung mengakui kebijakan Jokowi dan didukungnya, lantas secara polos segera menyalami Jokowi cupika-cupiki seakan ingin mencairkan suasana tegang diantara keduanya yang mungkin sangat terasa baginya diatas panggung mengalir dari aura negatif Jokowi sepanjang debat.

Bahkan sesuatu yang seharusnya tidak perlu ditunjukkannya akhirnya dibukanya, sampai-sampai menyebutkan ‘rahasia’ dapur yang melarang dia untuk jangan mengakui atau mendukung pendapat rivalnya.

Apakah yang sebenarnya terjadi?.

Mungkin bisa saja dituduh subjektif atau sentimen pilihan, tapi saya lebih cenderung merasakan dari awal bahwa keberadaan Prabowo diatas panggung debat untuk kedua kalinya menunjukkan bahwa dia adalah negarawan.

Jokowi sepanjang debat ke 1 dan 2 menggambarkan ada ‘somethingwrong’ di dalam dirinya entah apa itu masih sulit mengemukakannya, namun yang pasti pertanyaan Jokowi tentang TPID tadi malam telah menjatuhkan dirinya menjadi seorang ‘bocah tua yang nakal’.

14028962281579623153

http://politik.kompasiana.com/2014/06/10/jokowi-jk-unggul-pesiapan-kalah-isi-moderator-degradasi-perdebatan-657684.html




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline