.............
Malang nian nasib Jokowi.
Belum lagi pasti jadi presiden RI karena belum dilantik sudah harus angkat kaki dari kantor gubernur DKI Jakarta (gubernuran).
Mengapa mesti demikian?.
Apakah karena tidak ada rasa hormat dengan sang gubernur?
Atau karena sudah tidak sabar lagi melihatnya di istana kepresidenan, bersih-bersih atau sekedar mencari alat sadap yang mungkin di taruh di kamar mandi atau kamar gudangnya?.
Apa mungkin juga mempersiapkan segala sesuatu agar tidak terulang kembali peristiwa sadap di rumah dinas gubernur kemarin.
Ternyata tidak.
Adalah mendagri Gamawan fauzi telah mengingatkan Jokowi agar segera (diulang ‘segera’) mengurus pengunduran dirinya ke DPRD DKI Jakarta sehingga saat pelantikan tidak merangkap jabatan (harianterbit.com).
Emangnya Jokowi rakus amat hingga Gamawan takut Jokowi rangkap jabatan?.
Bisa juga dipandang demikian karena kemarin ketika Jokowi mencalonkan diri menjadi capres pada pilpres 2014, ybs ngotot tidak mau melepaskan jabatannya sebagai gubenur.
Hal ini memang membuat beberapa pihak baik kalangan mulai akademisi, warga DKI, pengamat politik merasa heran-heran tidak sudinya Jokowi melepaskan jabatannya.
Panjang perdebatan tentang keharusan Jokowi harus melepaskan jabatan gubernur apa tidak, tapi yang pasti sangat banyak contoh ketika pejabat tinggi negara yang akan mencalonkan diri menjadi capres dan cawapres mereka melepaskan jabatan publiknya terlebih dahulu.
Sehingga sebagian pihak menilai ketidakmauan Jokowi melepaskan jabatannya seolah-oleh ybs memang ‘rakus’ jabatan atau takut kehilangan kursi gubernurnya bila kalah dalam pilpres.
Terkait dengan hal itulah Gamawan mungkin ‘trauma’ sehingga mengingatkan agar Jokowi segera menggendakan tatib DPRD untuk dilaksanakan mundur dari jabatan gubernur serta harus disetujui DPRD DKI Jakarta demikian kata Gamawan di Gedung Kemendagri Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H