Lihat ke Halaman Asli

Panggungnya Asu GEDHE menang Kerahe...

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Asu GEDHE menang Kerahe atau Anjing yang besar menang kelahi maksudnya adalah bahwa Pangkat tinggi, pasti lebih menang dalam berperkara, berperkara apapun, baik berperkara yang remeh temeh ataupun berperkara yang berat. Hal ini sudah terbukti dan terlihat jelas sekali, bahwa orang yang mempunyai kuasa, dana dan afiliasi dengan politik yang besar akan menjadi pemenang. Apalagi orang tersebut memegang kunci atas perkara lain yang lebih besar, pasti akan membuat yang lain jadi gusar.

Jangan harap, keadilan dan kesejahteraan akan muncul, apabila hal tersebut menjadi pameo atau kredo dalam tatanan demokrasi yang saat ini meriah di dengung-dengungkan. Asu cilik akan selalu jadi korban lolongan asu yang gedhe. Asu cilik bahkan tidak berani mendekat bahkan berebut “tulang” dengan asu yang lebih gedhe, karena pastinya akan kalah. Kecuali asu gedhe dikeroyok rame-rame oleh asu-asu cilik yang lain.

Itulah yang selalu terjadi saat ini, bahwa siapa yang berperkara dengan melibatkan asu-asu yang gedhe pasti tidak akan tercegah bahkan lepas dari jeratan. Berbeda dengan kasus-kasu yang menimpa rakyat kecil. Nimbun bensin eceran untuk menyambung hidup saja pasti dihalang-halangi apalagi detik-detik menghitung hari kenaikan BBM akan dilaksakan. Berbeda dengan pejabat yang korup, yang menimbun ribuan bahkan milyaran uang negara susah untuk disentuh, apalagi kalo sudah menyangkut orang-orang yang berada dalam lingkaran kekuasaan.

Perlu “tsunami” dengan kekuatan 10 richter untuk memporak porandakan kepongahan asu yang gedhe, perlu ribuan tawon untuk menyengat gajah yang yang lupa diri diatas kursi kekuasaan. Perlu jutaan “tomcat” untuk menggigit badan sang penguasa arogan biar tubuh nya melepuh dan akhirnya jatuh ke tanah tak sadarkan diri.

Saat ini panggung asu-asu yang gedhe sudah terbuka lebar, tidak memberikan ruang sekecil untuk asu-asu yang kecil, panggung keadialn sudah dilewatkan begitu saja. Contoh saja seorang hamba dari malang yang ingin mencari keadilan, berjalan kaki dari rumah hingga istana, tiada hasil yang dicapai, jalan lagi mengadu ke monyet karena saking jengkel nya, setiap pengaduan tidak ditanggapi, padahal sang pemimpin mengeluh karena keselamatan jiwanya terancam, padahal dia hidup dalam pengawalan 24 jam oleh serdadu bersenjata lengkap dan dijaga ketat, ibarat lalat pun tak boleh masuk. Terus pertanyaan nya, kemana rakyat kecil harus mengeluh ? dan apakah setiap keluhan akan ditanggapi ?

Panggung untuk orang besar memang berbeda dengan panggung rakyat kecil, bahkan rakyat kecil tidak punya panggung, rumah pun harus di emperan. Nasib rakyat kecil di kesampingkan sedangkan orang besar selalu minta yang lebih besar. Orang besar selalu berpekara dan setiap berperkara pasti akan menang lah perkara itu, ibarat Asu Gedhe menang kerahe.. sampai kapan akan berakhir.. nunggu “tsunami” perubahan politik yang lebih baik.. nunggu Asu gedhe yang baik.. yang selalu menjaga tuan nya, dan selalu ngemong asu-asu yang cilik tanpa harus memangsanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline