Lihat ke Halaman Asli

Karikatur Bule Amerika itu ‘Parah Bener’

Diperbarui: 21 Agustus 2015   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam pekan terakhir ini harga diri kita sebagai bangsa terasa jatuh sekali ulah karikatur yang muncul di salah satu media di Amerika yang menggambarkan tim bola volley pantai mereka yang kalah melawan tim dari negeri kita. Kisahnya nyatanya sih menurut berita radio yang saya denger terjadi di Sumatra Barat. Dalam karikatur itu tim kita digambarkan sebagai 3 sosok orang utan yang melakukan blok terhadap smash para pemain dari Amerika tersebut. Kontan berita tentang karikatur itu menyebar sampai di negeri kita. Tak pelak langsung menimbulkan reaksi keras dari bangsa kita bahkan menlu sudah menayangkan nota protes dengan mengatakan ini adalah satire rasial...

Terlepas apa motif di belakang itu ada baiknya semua diklarifikasi sebab bisa jadi pembuat karikatur tidak ada berniat menghina bangsa kita tapi justru idenya muncul sebagai inspirasi dari peringatan hari orang utan sedunia yang jatuh pada bulan ini dengan tanpa berfikir panjang memunculkan karikatur seperti itu untuk mngingatkan publik atas kegelisahan dia (mungkin) terhadap ancaman kepunahan hewan langka itu.

Apapun itu karena sudah terlanjur tentunya jawaban jujur dan kerendahan hati akan dapat menyelesaikan kasus ini. Sebagai orang Indonesia apalagi kelahiran sumatra barat secara pribadi tentunya ini sangat menyinggung perasaan kalau memang tujuannya melecehkan kita. Kalau cara pikir saya secara pribadi mengikuti nafsu amarah, maka sangat mungkin saya sudah memutuskan hubungan dengan suami dari ipar saya yang berkebangsaan asli Amerika...

Sedikit Pengalaman Bersaudara dengan Bule

Di keluarga besar kami ada 2 bule. Bule yang pertama ‘bulek nya anak2’ istri dari adik kandung saya asli Sragen jawa tengah jadi anak-anak saya memanggilnya bule’. Bule yang satu lagi bule beneran berasal dari Ilinois Amerika. Bule Amerika ini menikah dengan adik kandung istri beberapa bulan pasca tragedi menara kembar (WTC). Bisa dibayangkan kebingungan keluarga mertua saat proses lamaran terjadi. Suasana panas pasca runtuhnya menara kembar itu sangat terasa. Keraguan dia apakah akan diterima di keluarga kami dan keraguan kami terhadap keseriusan dan tanggung jawab dia sebagai calon keluarga melalui proses yang tidak mudah, namun akhirnya terlewati. Nyatanya sampai saat ini berjalan baik-baik saja bahkan secara pribadi justu saya yang harus banyak belajar tentang kebaikannya padanya. Tentunya ini megubah paradigma berpikir saya tentang posisi manusia dan manusia yang punya posisi terikat dengan politik, kebijakan dsb.

Bule Amerika ini ternyata orang yang benar-benar baik dan berhati mulia, bayangkan saat perusahannya berjalan baik sebagian besar permasalahan ekonomi keluarga istrinya dia selesaikan. Dia bangun rumah yang layak untuk mertuanya yang pensiunan PNS dia bangun rumah untuk hampir semua saudara istrinya kecuali rumah istri saya karena kami kebetulan tidak dalam kondisi yang sangat membutuhkan. Dia selesai selesaikan setiap permasalahan ekonomi keluarga besar istrinya. Bahkan dia punya 10 anak asuh yang dia jadikan anak angkat sejak SD bagi yang mampu sekolah sampai perguruan tinggi dia biayai. Bahkan saat mereka sudah dewasa semua anak asuhnya dibuatkannya rumah yang layak yang tidak kalah bahkan baiknya dari rumah yang saya bangun dari hasil keringat dan darah saya. Fasilitas lengkap dan surat-suratnya dibuat atas nama pribadi masing-masing anak asuhnya. Dengan kisah nyata itu sudah bisa dibayangkan kebaikan saudara Amerika saya ini kan. Jadi tidak bisa kita generalisir bangsa Amerika itu jahat semuanya.

Berikutnya saya ingin berbagi kesedihan atas apa yang dia rasakan saat ini. Rumah anak asuh yang sudah dia bangun dengan kebaikannya itu sekarang cuma tinggal satu yang tersisa yang lain sudah jual oleh para anak asuh itu dengan berbagai alasan. Rumah yang dibangun untuk keluarga pun nggak kalah serunya. Melihat saat itu sang bule punya kelebihan harta yang lumayan ternyata diantara orang kita yang katanya santun berbudi dan berbudaya ini ada yang sampai hati melakukan berbagai cara dari merayu sampai menipu yang bersangkutan agar mereka mendapat keuntungan. Itu tidak saja datang dari orang lain bahkan ada juga dari lingkar yang sudah jadi keluarga. Bahkan lebih tidak masuk akal lagi saat perusahaan bule ini benar-benar kolaps akibat ‘dikerjain’ patner bisnisnya. Saya dengar sendiri ucapan salah satu di antara mereka yang berhati batu ‘itu memang hal yang saya inginkan agar mereka ‘keluarga si bule itu’ sengsara’ ini benar-benar gila na’dzubillahi min dzalik. Padahal hidup yang bersangkutan keluarga dan anak istrinya seluruhnya sudah ditolong si bule itu. Jadi ternyata tidak semua bangsa kita yang santun, berbudaya berbudi baik dan tau bagaimana cara balas budi, mungkin karena dulunya hanya diajar ini ibu budi, ini bapak budi...

Saat ini saya sudah sampai pada pemikiran bahwa sesungguhnya sifat baik dan buruk itu ternyata menembus batas-batas apapun bahkan menembus batas agama dan keyakinan. Menyikapi karikatur itu tidak bisa berkesimpulan bahwa itu sikap masyarakat Buston apalagi sikap bangsa Amerika yang pada saat ini bikin bangsa kita pusing karena ‘rupiah terpuruk terus terhadap dolar’.

Sebagai orang minang saya sangat tersinggung saat ada yang mengatakan ‘padang bengkok’ hampir saja gigi tetangga kos rontok saya buat kalau saja saat itu saya tidak berpikiran jernih karena secara pribadi saya merasa ‘lurus’. Namun suatu saat saya menyadari bahwa memang ada oknum pedagang dari minang yang ‘bengkok’ kalau kita tidak pandai-pandai menawar dan survey harga sebelum membeli (pengalaman pribadi). Itu fakta, lalu apakah dengan fakta itu kita boleh mengatakan semua orang padang itu bengkok...

Bahkan diakhir kuliah ada sahabat karib saya berasal dari sunda nyesel setengah mati bersahabat dengan saya karena tidak menyadari saya orang padang. ‘Bener maneh urang Padang, soalna pun bapa teh ngawiwarahan pisan ulah sakali-kali boga batur urang Padang komo dei jadi sahabat mah tapi naha teu aja nu salah asana andika nepi kiwari teh... ( bener kamu dari Padang, soalnya bapak saya berpesan betul jangan sekali-kali punya teman orang padang apa lagi dijadikan sahabat, tapi kok nggak ada yang salah rasanya pada diri kamu sampai sekarang...). Jadi benarkan tak semua orang Padang itu bengkok, buktinya saya ya lurus-lurus aja... Ya begitulah hidup dan kehidupan bahwasanya sikap baik dan buruk itu tidak dibatasi oleh kesamaa asal daerah, saudara pertalian darah, kekerabatan, ras, gender, bahkan agama, jika hatinya baik maka dia akan baik dan sebaliknya. Sikap baik buruk itu menembus batas semua itu. Dia hadir dalam semua kondisi.Mari kita ubah paradigma berpikir kita dengan menjadikan sikap rendah hati, objektif, terbuka, dan sikap moderat dalam beriteraksi di masyarakat sehingga hidup ini lebih berarti.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline