Lihat ke Halaman Asli

Kapan ke Sumatera?

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13304475762145932361

Beberapa minggu belakangan rumah yang saya tinggali disinggahi sedikitnya empat orang backpacker yang melintasi Selat Malaka. Dua backpacker wanita dan dua backpacker pria. Dua diantaranya berjalan dalam waktu yang lumayan lama berdasarkan standar saya sebagai orang Indonesia.

Justas berbadan besar, menyisakan jenggot panjangnya sisa perjalanannya melintasi Asia Tengah melibas debu-debu Afganistan dalam balutan Gamis pakaian khas laki-laki Afganistan. Justas sudah berjalan selama 11 tahun melahap nyaris 100 negara di beberapa benua. Tahun lalu Justas kembali ke Lithuania, setelah mendengar kabar sang bapak meninggal dunia. Tak lama berselang, Justas kembali hengkang kemudian melintasi daratan Asia dan bertemu saya di emperan toko setelah dia menelfon saya dengan HP pinjaman.

Lain lagi dengan Mous, imigran Maroko yang berkebangsaan Belgia. Saya menemuinya setelah sehari sebelumnya dia mengirimkan couchrequest dari sebuah situs komunitas pejalan yang memberikan akomodasi gratis untuk para pejalan. Kami bertemu di sebuah kedai kecil di terminal bus yang mengantarkannya dari Buton ke Pekanbaru dalam perjalanannya melintasi beberapa Negara di Asia. Kemudian menginap di rumah hampir enam hari lamanya.

Ada lagi Nicole dan Rebecca, dua pelajar muda dari California yang sedang menimba ilmu di Taiwan. Keduanya menempati kamar tidur dirumah yang saya tinggali untuk semalam, di persinggahannya di Pekanbaru kami menghabiskan sehari di penangkaran gajah Sumatra.

Mungkin tidak banyak yang tahu kalau Sumatra menarik perhatian bagi para pejalan. Terutama pejalan yang kurang beruntung karna tidak memiliki banyak dollar disakunya. Atau juga para pejalan yang ingin keluar dari pakem-pakem destinasi Indonesia yang selama ini jadi sorotan dunia, Bali atau Toraja ataupun beberapa kota di Pulau Jawa.

Banyak pejalan yang datang ke Sumatra biasanya melahap beberapa negara di Semenanjung Asia sebelum memutuskan untuk melintas ke Indonesia. Rata-rata dari meraka berjalan dari utara ataupun timur menempuh perjalanan darat melintasi Negara Asia Tengah, Asia Timur kemudian masuk ke Vietnam, Thailand, Malaysia dan Singapura lalu menyebarang ke Indonesia menggunakan kapal feri dari Melaka ke Dumai ataupun Batam Pekanbaru.

Hampir dari mereka rata-rata hapal betul tentang Sumatra. Mulai dari Pulau Sabesi di selatan hingga Pulau Weh di utara Sumatra. Mereka hapal betul tentang lekuk-lekuk pantai yang baik di tepian barat Sumatra, melintasi Mentawai ataupun berselancar di Pulau Asu di Nias. Bahkan beberapa destinasi yang belum saya dengar selama ini terpapar jelas dari mulut mereka.

Saya jadi miris sendiri, miris dengan diri saya sebagai orang Sumatra ya otomatis orang Indonesia yang tidak mengenal betul negara saya dengan baik. Pengetahuan wawasan nusantara saya masih cetek di bandingkan mereka-mereka yang memiliki paspor non-Indonesia.

Mungkin secara sadar ataupun tidak, saya memang harus banyak belajar tentang Pulau yang tinggali, Sumatra dan juga negara saya Indonesia. Karena mencintai Indonesia tidak cukup dengan memegang paspor Indonesia saja, lebih dari itu sebagai generasi muda mungkin saya harus belajar mengenal alam, budaya dan masyarakat Indonesia dari dekat. Melintasi garis-garis batas sudut Indonesia.

Terlepas dari itu juga, saya berusaha untuk membuat sebuah kampanye sederhana untuk Pulau Sumatra. Dengan gambar singkat berkalimat "Kapan ke Sumatra ?", semoga kita sebagai orang Indonesia mau menyisakan waktu untuk datang ke Sumatra atau berbagai daerah di Indonesia. Karna kalau bukan kita orang Indonesia yang ingin mengenal Indonesia, lalu siapa lagi ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline