Mahasiswa kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro berhasil menciptakan inovasi baru sebagai solusi dalam penanganan kasus Myiasis. Inovasi yang dikembangkan ini berupa penemuan ekstrak rebung bambu apus dalam bentuk sediaan spray gel. Myiasis sendiri merupakan sebuah penyakit yang biasa menjangkit hewan terutama kelompok ruminensia dan hewan-hewan ternak. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka dapat mempengaruhi kondisi hewan dan bahkan sampai kepada produk yang dihasilkan.
Penelitian ini dilakukan dengan berlatar belakang pada penggunaan insektisida kimiawi yang masih menjadi tren di masyarakat. Namun, dalam beberapa penelitian, terbukti bahwa penggunaan insektisida berbahan dasar kimiawi akan memberikan pengaruh berupa residu yang akhirnya berpengaruh secara luas termasuk mempengaruhi produk hasil yang akhirnya berdampak juga pada manusia.
Setelah rangkaian panjang penelitian yang dilakukan, MISSER TEAM (begitu sebutan untuk kelompok penelitian mahasiswa tersebut) berhasil menemukan produk yang diberi nama MySpray. MySpray merupakan formulasi ekstrak rebung bambu apus yang dibentuk dalam sediaan spray gel yang dapat diaplikasikan secara topikal pada permukaan yang terdapat luka myiasis. Ekstrak rebung bambu apus sendiri mengandung berbagai senyawa aktif yang berfungsi untuk mematikan larva myiasis melalui penghentian sistem saraf pusat larva.
Inovasi ini terus dikembangkan oleh MISSER TEAM untuk dapat mencakup jangkauan masyarakat secara lebih luas dan merata. "Harapan kami, semoga inovasi yang kami kembangkan ini senantiasa dapat menjadi solusi yang bermanfaat untuk lingkungan dan masyarakat serta dapat memudahkan baik petani, maupun segala kelompok masyarakat untuk menangani kasus myiasis" ucap Aqsa Aufa Syauqi Sadana selaku ketua MISSER TEAM.