Lihat ke Halaman Asli

Mata Rindu

Diperbarui: 12 Juni 2022   01:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pic diambil dari Pinterest

Mata Rindu
Oleh : Yuli Pinasti

Bangunan kubus berjajar seperti mainan
Membentuk bayang bayang raksasa, jalan, suhu udara kian terik disertai angin yang masai
kuda bermesin berburu waktu meninggalkan
umpatan saat harus berjejalan saling ingin mendahului
Udara melepuh di atmosfer yang  menggulana jiwa dan  pikiran-pikiran meski cahaya meneteskan anugerah yang sulit dilupakan. 

dan inilah hidup, sore cepat berubah warna,
debu  pekat dan hari yang tercecer, jalan seperti ular tangga, kantor kantor,
toko ramai pengunjung, pasar loak  menjajakan rupa rupa dan peristiwa.
Ibu tukang ikan selalu pergi  sebelum subuh menampakkan kesyahduannya, kadang ia meraba nasibnya
Lelaki muda asyik mendengkur di bale-bale
Pinjamkan wajah teduhmu duhai Yudistira
untuk menyeka peluh dan lungkrah agar syair syair terdengar di dadanya
membisikkan do'a dan mantra mantra
juga kerinduan yang menggebu 

Rindu tentang firman yang belum dimengerti  bahkan menyentuhnya di suatu masa yang lain, manuskrip tentang ayat-ayat hidup dan kematian tergambar abadi. dan mimpi wangi surga semerbak.
Sebelum anak anak dan orang-orang meringkuk memeluki api kematiannya di bawah kabut. 

Rawa Badak Utara,  2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline