Kegiatan industri di Indonesia dari tahun ke tahun memang terus meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pertumbuhan industri di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementrian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI) bahwa Secara keseluruhan pada periode januari-september tahun 2018 pertumbuhan Industri pengolahan total (migas dan nonmigas) tercatat sebesar 4,24%. Sementara itu pertumbuhan Industri Batubara dan Pengilangan Migas yang tercatat sebesar minus 0,37%. Pada periode januari-september tahun 2018 lebih buruk dibandingkan dengan pertumbuhan minus 0,01% pada periode yang sama tahun 2017. Berbicara tentang kegiatan industri terutama di Indonesia, limbah menjadi topik utama yang masuk ke dalam dampak negatif dan berlangsungnya suatu kegiatan industri.. Limbah yang dibuang secara illegal tentu saja membuat lingkungan tercemar.
Wujud limbah yang bermacam-macam tentu saja menjadi penyebab dari adanya kerusakan tersebut. Seperti hal nya limbah cair yang tentu saja mencemari air tempat berbagai jenis ikan dan organisme air lainya yang hidup didalamnya. Kandungan limbah industri yang memiliki zat berbahaya menjadi beban pencemaran dalam lingkungan perairan. Logam berat yang menjadi salah satu zat berbahaya adalah zat yang sebenarnya paling sering di gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Zat ini tentu saja akan sangat berbahaya apabila hitungannya dalam jumlah yang banyak. Logam berat sangat berbahaya karena dapat terakumulasi dalam tubuh mikroorganisme dalam waktu yang lama sebagai racun.
Wujud limbah berupa cairan yang membuat lingkungan perairan tercemar sepertinya harus menjadi fokus utama semua orang yang bertanggungjawab akan hal tersebut. Seperti yang kita ketahui Ikan merupakan salah satu organisme yang hidup dalam lingkungan perairan dan juga merupakan salah satu sumber makanan yang bernilai gizi tinggi. Apabila suatu lingkungan perairan tercemar, maka organisme dalam perairan tersebut pun akan ikut tercemar dan secara tidak langsung akan membuat orang yang mengkonsumsinya mengalami keracunan karena racun yang terkandung dalam daging ikan tersebut. Salah satu bahan pencemar (logam berat )yang berbahaya dan beracun bagi ikan yaitu Arsen (As).
Biasanya arsen dihasilkan dari limbah industri dan rumah tangga yang terdapat dalam pestisida. Arsen ini akan masuk kedalam tubuh ikan melalui insang dan akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi terhambat. Mengapa arsen bisa menghammbat pertumbuhan ikan? Saat arsenic masuk kedalam tubuh ikan melalui insang atau melalui makanan yang sudah terkontaminasi oleh arsen, tubuh ikan akan merespon dengan cepat. Dalam kasus ini, metabolisme protein sangat peka terhadap kandungan logam berat, karena protein sangat dibutuhkan oleh tubuh ikan karena berperan penting dalam metabolisme energi. Setelah arsen masuk kedalam tubuh, akan terjadi penurunan protein dan peningkatan asam amino. Ikan yang sudah terkontaminasi akan stress. Nah pada saat kondisi stress, ikan akan mengeluarkan energi yang lebih banyak untuk bertahan hidup. Lalu, sumber alternatif energi yang digunakan adalah protein karena kadar karbohidrat semakin berkurang sehingga terjadi penurunan protein dan pertumbuhan ikan menjadi terhambat karena metabolisme dalam tubuh tidak bekerja secara maksimal. Selain itu, paparan arsen juga bisa mengakibatkan nilai gizi ikan berubah.
Banyaknya kandungan bahan kimia berbahaya yang terserap oleh tubuh ikan juga akan menimbulkan dampak negatif bagi manusia, yaitu melalui konsumsi ikan yang berasal dari perairan yang tercemar. Dampak tersebut biasanya mengganggu kesehatan orang yang mengkonsumsinya seperti sakit kepala, diare parah, pusing, mencecap rasa logam di mulut, susah menelan, kejang-kejang, keringat berlebih, muntah, kram, dll. Oleh karena itu, penggunaan arsen harus direduksi sedemikian rupa agar ekosistem lingkungan perairan dan kualitas ikan terjaga serta generasi masa depan terlindungi dari efek bahan kimia berbahaya karena limbah yang dihasilkan manusia akan Kembali dalam bentuk makanan yang mereka makan.
Referensi
Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. (2018). Analisis Perkembangan Industri Edisi IV 2018. Jakarta : Kemenperin RI. Diakses pada tanggal 16 Juni 2021 dari https://kemenperin.go.id/download/20712/Laporan-Analisis-Perkembangan-Industri-Edisi IV-(Triwulan-III)-2018
Kusumawarni, M., Daud, A., & Ibrahim, E. (2020). Analisis Risiko Arsen (As) dalam Ikan Kembung dan Kerang Darah Di Wilayah Pesisir Makassar. Online (https://core. ac. uk/download/pdf/25495855. pdf)
Maddusa, S. S., Paputungan, M. G., Syarifuddin, A. R., Maambuat, J., & Alla, G. (2017).Kandungan logam berat timbal (Pb), merkuri (Hg), zink (Zn) dan arsen (As) pada ikan dan air Sungai Tondano, Sulawesi Utara. Al-Sihah: The Public Health Science Journal, 9(2).
Prakash, S. A. D. G. U. R. U., & Verma, A. K. (2020). Impact of Arsenic on Protein Metabolism of a fresh water cat fish, Mystus vittatus. Uttar Pradesh Journal of Zoology, 41(5), 16-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H