Lihat ke Halaman Asli

Yulma Refianti

Kepala Sekolah SDN 03 Koto Salak Dharmasraya. Progul sekolah, Literasi Berbagi.

Samudra Malin Kundang di Era Milenial

Diperbarui: 10 Juni 2023   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar milik pribadi

 Siapa yang tak kenal legenda malin kundang dari Sumatra Barat. Kisah yang mengharu biru yang melukiskan betapa dahsyatnya kekuatan do'a seorang ibu yang mampu membelah langit.  Masih adakah yang mengabaikan kalimat bahwa surga seorang anak di bawah telapak kaki ibunya ?  jika masih ada yang meragukan, mari perbanyak membaca  buku agama dan tausiah para ulama bagi umat islam.

Ibu adalah sosok wanita mulia. Meski tak menutup kemungkinan sebagai manusia biasa dia juga memiliki salah dan dosa.  Namun arti seorang ibu  bagi anak yang menyadarinya, tiada wanita yang melebihi hati seorang ibu untuk anaknya.  Ibu adalah muara kasih, sandaran cinta, tempat pulang kala duka melanda .Tempat ternyaman untuk berkeluh kesah. Lalu pantaskah hatinya mendapat goresan luka dari  anak-anaknya ? silakan jawab sendiri.

Saat ini yang dikenal dengan istilah zaman milenial. Generasi  yang tumbuh dalam kecanggihan teknologi. Inilah misi kami membawa siswa siswa berdharmawisata ke pantai air manis Padang Sumatra barat.  sebagian mereka tertegun melihat sosok batu yang bersujud diantara puing-puing kapal yang hancur dan membatu. 

Semoga sekelumit kisah Malin Kundang ini mampu menyentuh nurani siswa siswi kami untuk lebih menghormati orang tuanya. terutama ibu. Masih banyak sekarang para malin kundang milenial. Yang dengan mudah membantah ibunya karena ditegur dan dinasehati.  Oh....apakah mereka ingin mengalami kisah malin kundang yang menjadi batu? 

Padahal dalam kisahnya, ibu si Malin Kundang hanya berucap, "Anakku, memngapa hatimu  keras bagaikan batu terhadap ibumu ?" seketika petir membelah angkasa. Air laut mengamuk dahsyat. Menghantam kapal Malin Kundang yang sudah kaya raya dan malu mengakui ibunya yang tua dan renta serta miskin. Dia malu karena takut istrinya yang kaya dan cantik tidak menerima ibunya.

Alam marah,  dan menghukum malin kundang yang disambar petir berubah jadi batu yang bersujud mohon ampunan ibunya. Semua telah terlambat.

Buat ananda yang telah melihat  batu malin kundang.  Lewat tulisan singkat ini ibu meminta, jangan jadi malin kundang milenial ya. Mungkin kalian tak akan jadi batu karena kesedihan  ibumu yang kau lukai hatinya. Bisa jadi kamu akan menjadi abu atau lainnya. Semoga  tamasya yang kita lakukan kemaren, menumbuhkah nilai  moral, nilai positif buat ananda semua.   Jadilah generasi cerdas teknologi tanpa mengesampingkan nilai moral dan rasa hormat pada ibu kita.

Ananda semua, ibuk pernah mendapat chat dari Putra ibuk, bunyinya begini "TIGA WANITA TERCANTIK DI DUNIA. YAITU  IBUKU, BAYANGANNYA DAN PANTULAN CERMINNYA."  Kalimat  sederhana ini  bagaikan siraman air dari surga dan mampu meneteskan air mata bahagia buat hati seorang ibu.  Yuk ananda milenial tercinta, mari gunakan  androidmu  untuk sesekali mengirim kalimat yang menyejukkan hati ibumu sebagai bukti rasa sayang di hatimu.   Jangan membantah dengan kalimat kasar. ingat, hati seorang ibu itu terlalu halus dan lembut untuk dilukai anak-anaknya. dan hati seorang ibu itu sekuat baja dalam membela anak-anaknya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline