Citayam Fahion Week adalah aksi peragaan busana di zebra cross kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Layaknya Paris Fashion Week yang terkenal, para 'model' menggunakan busana khasnya sambil menyebrangi jalan. Bedanya para 'model' yang meramaikan Citayam Fashion Week adalah remaja dari Depok, Citayam, dan Bojonggede, daerah penyangga Jakarta. Nah, dari sinilah latar belakang dari Citayam Fashion Week muncul.
Viralnya kawasan Dukuh Atas sebagai lokasi Citayam Fashion Week ini awal mulanya beredar dari video-video wawancara di Tik Tok. Video wawancara itu menampilkan jawaban remaja-remaja yang masih polos, sehingga mengundang kelucuan. Bukan Cuma itu tetapi remaja yang diwawancaraipun memakai busana yang khas, nyentrik dan unik.
Citayam Fashion Week (CFW) di kawasan Dukuh Atas, memang menunjukkan kreativitas dalam segi berbusana. Namun, beberapa pihak menilai bahwa para remaja yang sedang melakukan catwalk cenderung kebablasan. Polemik atas munculnya dampak fenomena Citayam Fashion Week masih berlangsung, selain menimbulkan gangguan ketertiban, kebersihan, bikin macet, parkir liar dan menyalahgunakan fungsi zebra cross, Citayam Fashion Week juga dinilai menjadi tempat kumpul orang-orang yang berperilaku penyimpangan orientasi seksual seperti lesbian, gay, biseksual, dan transgender atau LGBT.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani mengatakan, remaja Sudirman, Citayam, Bojonggede dan Depok (SCBD) sering dihubung-hubungkan dengan fenomena LGBT, namun dari pengamatannya fenomena LGBT memang fakta dan terlihat oleh mata kepalanya. "Jujur memang saya kesana, dan inikan fakta sosial yaa. Saya memang kesana dan ramai sekali, mohon maaf sekali tetapi ada yang sedikit menyimpang, dan usianya dibawah 17 tahun dan kebanyakan laki-laki", ujar Zita, Selasa (26/7/2022).
Hal ini ditunjukkan karena memang benar banyaknya pria kemayu, mulai ABG hingga orang dewasa yang nongkrong disekitaran Dukuh Atas hingga catwalk diatas zebra cross arena Citayam Fashion Week. Padahal, awal mulanya fenomena Citayam Fashion Week di Dukuh Atas muncul karena sejumlah remaja yang hanya sekedar nongkrong, cari gebetan, hingga adu outfit. Bukan Cuma remaja SCBD saja, saat ini Citayam Fashion Week juga diramaikan oleh banyak orang dari Jakarta hingga dari daerah lainnya, hal ini menyebabkan siapa saja bisa datang untuk mengekspresikan diri, termasuk dengan pria kemayu.
"Sebelum viral, paling yang anak-anak tongkrongan biasa doang, kayak kita-kita biasa. Dulu belum banyak, kayaknya baru banyak sekarang", kata Aji di kawasan Dukuh Atas, Selasa (26/7/2022). Aji mengaku tak mau ambil pusing dengan gaya dan penampilan masing-masing orang yang datang ke Citayam Fashion Week. Ia juga mengaku tidak mempermasalahkan atas rencana Pemprov DKI Jakarta menertibkan masalah dampak Citayam Fashion Week, termasuk pria kemayu atau kaum LGBT.
Kegiatan Citayam Fashion Week masih ada sampai sekarang, namun sudah tidak seramai sebelumnya karena sudah banyak petugas yang berjaga di jalan Sudirman. Penjagaan petugas cukup ketat karena seringnya terjadi kemacetan berkat ulah anak yang nongkrong di SCBD melakukan catwalk diatas zebra cross. Kini pada tiap zebra cross dijaga oleh petugas Dishub, sehingga walaupun ada model dadakan yang melakukan catwalk di atas zebra cross saat ada kendaraan melintas, sudah tidak terkendala kemacetan lagi.
Bahkan Ketua RT 07 Kebon Melati sampai harus turun tangan ke lapangan, karena ada laporan warga yang resah dengan kehadiran kaum LGBT. Warga heran kenapa pemerintah membiarkan kaum LGBT beredar. "Warga kami resah, dan banyak pria berpakaian seperti wanita. Nah ini kenapa dibiarkan", ujar Herman, Ketua RT 07 Kebon Melati dalan wawancara, dikutip dari stasiun televisi, Rabu, (27/7/2022). Petugas akhirnya harus membubarkan anak-anak yang masih nongkrong di SCBD hingga jam malam, bahkan mobil polisi saat ini sudah berjaga setipa saat di Sudirman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H