Lihat ke Halaman Asli

Tak Seramah Dulu

Diperbarui: 11 Agustus 2021   07:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jernih menenangkan batinku
Sejuk menusuk ke tulangku
Riak gelombang sungguh bersahabat
Adem seperti senyum bunda

Asrimu memikat kalbu
setiap mata memandang
hati menjadi bergelora
gelora cinta penuh kelembutan
selembut belaian bunda

Dari jauh terdengar samar
dari dekat terpandang jelas
anak desa menggores kisah
untuk dikenang di hari tuanya

Bersamamu terlukis sejuta kenangan
hari-hari dahulu selalu bersamamu
mandi, mancing, dan bermain
canda, tawa dan senym kebahagiaan

Bagiku kau bukan sekedar sungai
kau bukan pula sekedar riak gelombang
kau sahabat sejak masa kecilku

Kita kini terpisah bukan karena jarak 
ramahmu dahulu tak terlihat lagi
senyummu dulu kok jadi cemberut?

Oh sahabat masa kecilku...
kini kamu sangat memprihatinkan
bau, kotor, penuh kuman dan bakteri
kini tubuhmu dihiasi sampah 
engkau tak seramah dulu

Sahabatku...
marahkah engkau sehingga mendatangkan bencana?
sampai kapan keu jadi momok yang menakutkan?

Hatiku sedih dan gundah gulana
yang salah siapa?
Aku tau, kau hanyalah korban kekejaman kaumku
Asrimu dulu pudar oleh kaumku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline