Lihat ke Halaman Asli

Implikasi SDSS (Spatial Decision Support System) di Kota Suistanable Yogyakarta

Diperbarui: 1 September 2021   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Semakin bertambahnya tahun, perkembangan teknologi,informasi dan komunikasi telah mendorong perubahan serta kebiasaan gaya hidup dimasyarakat dengan cepat. Adanya dampak teknologi,informasi dan komunikasi tersebut salah satunya telah mengubah gaya hidup dimasyarakat untuk bertransaksi secara online dalam memenuhi kebutuhannya. Kemudahan interaksi tersebut telah mempengaruhi peningkatan demand barang pada suatu wilayah khususnya perkotaan. Berdasarkan data lapangan dari sumber jasa pengiriman tercatat bahwa produk yang masuk di kota Yogyakarta setiap harinya telah mencapai 7000 pack. 

Perkembangan peningkatan delivery produk menuju konsumen yang begitu signifikan memberikan konsekuensi yaitu terjadi peningkatan distribusi barang yang berdampak pada peningkatan volume kendaraan barang di perkotaan. Kota berkembang seiring pertumbuhan lahan dan perlakuan manusia terhadap kota atas kebutuhannya. Perkembangan kota yang diharapkan tentu perkembangan kota yang berkelanjutan. Kota yang berkelanjutan (sustainable city) membutuhkan perlakukan tidak untuk memanfaatkan kebutuhan sesaat, tetapi menatap hari kedepan. Unsur Kota yang berkelanjutan setidaknya memuat yakni Economic sustainable, Social Sustainable dan Environment Sustainable.(Basiago,1999).

Keputusan pemerintah untuk mendorong terwujudnya desain urban logistic tidak sebatas kebijakan yang bersifat sektoral. Keputusan pemerintah yang diambil harus dapat memberikan solusi bagi semua sektor, tidak abstrack namun dapat dituangkan dalam spasial yang bersifat sustainable karena didukung dengan multicriteria analysis yang terpenenuhi. Untuk itu dalam kontek mendesain urban logistic, kami menggunakan pendekatan spatial decision support system (SDSS) dalam penelitiannya. Sebenarnya munculnya konsep Spatial decision support system (SDSS) merupakan sebuah evolusi dari konsep Decision Support System (DSS). 

Konsep ini pertama kali digunakan pada awal tahun 1970 oleh Michael S. Scott Morton dengan menggunakan istilah "management decision system". Konsep ini merupakan sebuah mekanisme yang berbasis pada penggunaan data dan model untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang tidak terstruktur. Sesuai definisi tersebut, DSS berbasis pada tiga kata kunci, yaitu data, model, dan permasalahan tidak terstruktur (Sprague, et.al, 1989). Kemudian seiring perkembangan ilmu pengetahuan perkembangan IT dan kebutuhan manusia dalam melihat, menganalisa, dan memutuskan suatu masalah keruangan maka muncul kombinasi antara keduanya yang disebut dengan Spatial decision support system (SDSS).

Berdasarkan hasil alternatif lokasi potensial untuk consolidation center, maka akan dapat dirancang arah penembangan urban logistic untuk perkotaan Yogyakarta. Desain ini akan sangat berhubungan erat dengan besar dan arah datangnya barang di perkotaan. Dalam penelitian ini ada 4 (empat) kawasan yang menjadi arah datangnya logistic tersebut. Pertama logistic yang datang dari timur, ini akan dapat dikonsolidasikan diwilayah kalasan sebelum masuk wilayah perkotaan yang macet, atau wilayah kalasan menuju piyungan menjadi alternatif mengurai kemacetan di perkotaan.

 Skema kedua; untuk logistic yang datang dari utara dapat dikonsolidasikan di kawasan ring road barat atau pintu masuk perkotaan Yogyakarta jalan magelang, atau skema ketiga logistic yang datang dari arah barat melalui jalan wates dikonsolidasikan di patuk, atau sedayu untuk menghindari konflik kemacetan jalan wates menuju perkotaan Yogyakarta, skema ke emapat untuk logistic yang datang dari selatan dapat di akumulasikan dikawasan piyungan, ataupun kawasan bantul sehingga dapat dikontrol diwilayah selatan sebelum masuk keperkotaan. Untuk skema tersebut lebih detai dapat dijelaskan pada gambar berikut.

Adanya Permasalahan Urban Logistic di perkotaan di Yogyakarta sebagai isu yang menarik. Kegiatan logistic yang dikendalikan oleh swasta baik pergudangan maupun delivery, perlu mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah, sehingga aka nada control disetiap perkembangan perkotaan dan perkembangan logistic itu sendiri. Kesadaran pemerintah sebagai perencana urban logistic sebagai isu nasional dan isu yang serius untuk ditata melalui sislogda dan sislognas. Kegiatan penetuan lokasi terbaik untuk  consolidasi center menjadi suatu rekomendasi lokasi terbaik bagi pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Ditemukannya program tersebut yang menghasilkan lokasi terbaik di daerah Patuk, Sedayu, Kalasan, dan Wates dapat ditindaklanjti untuk kedepannya mengenai urban logistic, khususnya terkait dengan kelayakan lokasi untuk dijadikan consolidation center atauapun pusat perdagangan oleh pemerintah daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline