Lihat ke Halaman Asli

Yulisda Haipi

Mahasiswi Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Uji Identifikasi Formalin Menggunakan Kulit Buah Naga

Diperbarui: 30 Juni 2021   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Oleh : Syahrul Djanawali dan Nita Kurnia Dwi Cahyani

Formalin (CH2O) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari hidrogen, oksigen dan karbon. Formalin juga dikenal sebagai formaldehide, methanal, methylen oxide, oxymethylene, methylaldehyde, oxomethane, dan formic aldehyde. Formalin dalam kehidupan sehari-hari biasanya digunakan sebagai obat pembasmi hama untuk membunuh virus, bakteri, jamur dan benalu yang efektif pada konsentrasi tinggi. Formalin juga dapat digunakan dalam bidang farmasi yaitu digunakan sebagai pendetoksifikasi toksin dalam vaksin dan obat penyakit kutil karena kemampuannya merusak protein. Akan tetapi, pada zaman sekarang formalin masih sering digunakan secara bebas oleh pedagang atau pengolah pangan yang tidak bertanggung jawab untuk mengawetkan makanan. Hal ini disebabkan karena formalin jauh lebih murah dibanding pengawet lainnya, mudah digunakan karena dalam bentuk larutan dan rendahnya pengetahuan pedagang tentang bahaya formalin. Padahal formalin ini merupakan daftar bahan tambahan kimia yang dilarang digunakan karena sangat berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi manusia. (Winarno,F,G., 2008)

Formalin merupakan bahan kimia yang bersifat toksik, dimana toksisitas formalin telah dievaluasi oleh berbagai organisasi ternama seperti IARC (International Agency For Research on Cancer), ATSR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry, USA) dan IPC (International Programme on Chemical Safety). Formalin telah diklasifikasikan oleh IARC ke dalam kelompok senyawa yang beresiko menyebabkan kanker. (Sri Ratna Sari Wulan. 2015)

Bahaya yang ditimbulkan oleh formalin tergantung pada kadar formalin yang terakumulasi di dalam tubuh. Semakin tinggi kadar formalin yang terakumulasi, semakin parah pula akibat yang ditimbulkan. ACGIH (American Conference of Governmental and Industrial Hygienists) menetapkan ambang batas aman formalin dalam tubuh adalah 0,4 ppm Sedangkan menurut IPCS ( International Programme on Chemical Safety ), lembaga khusus dari tiga organisasi PBB yaitu ILO, UNEP dan WHO yang peduli pada keselamatan penggunaan bahan- bahan kimia, bahwa secara umum ambang batas aman formalin dalam makanan yang masih bisa ditolerir dalam tubuh orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari sedangkan formalin dalam bentuk air minum yang masih bisa ditolerir dalam tubuh yaitu 0,1 ppm. (Sri Ratna Sari Wulan. 2015)

Uji identifikasi Formalin dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yakni menggunakan bahan ekstrak kulit buah naga, karena Kulit buah naga mengandung antosianin yang mampu mendeteksi formalin. Hal ini disebabkan karena sifat formalin dan antosianin sama-sama memiliki sifat asam sehingga tetap menstabilkan warna antosianin kulit buah naga. Antosianin memiliki pH sekitar 2-3 hampir sama dengan pH formalin. Salah satu faktor yang mempengaruhi warna dari antosianin tetap stabil ketika bereaksi dengan formalin karena formalin bersifat asam. Sifat asam formalin akan menyebabkan warna antosianin tetap merah pada pH 1 dan pH diatas 4 akan memberikan warna violet. Hasil positif dinyatakan jika alat uji tetap berwarna merah maka sampel mengandung kandungan formalin. Dan jika Jika alat uji warnanya memudar mendekati putih maka sampel makanan tidak mengandung formalin (Dewi Ratna Sinta. 2019).

Daftar Pustaka

Dewi Ratna Sinta. 2019. Identifikasi Formalin Pada Makanan Menggunakan Ekstrak Kulit Buah Naga. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan. 2 (1) : 45-51.

Sri Ratna Sari Wulan. 2015. "Identifikasi Formalin pada Bakso dariPedagang Bakso di Kecamatan Panakukkang Kota Makassar" . Skripsi. Fakultas Kedokteran. Program Studi Kedokteran Hewan. Universitas Hasanudin Makassar. Makassar

Winarno,F,G., 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline