Lihat ke Halaman Asli

Yulisatin Khoiriyah

Belum bekerja

Pertemanan di Sekolah

Diperbarui: 28 Juni 2024   10:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Naima Karista bocah berumur tujuh tahun gadis yang selalu dianggap bodoh di segala hal apa pun, cupu, dan selalu di bully oleh teman-temannya. Di sekolah swasta tempat yang dijadikan menimba ilmu adalah sebagai saksi cerita kisah bahagia, sedih, dan melukai hati. Tiada hari tanpa menangis terasa sangat kurang bagi Naima. Ada saja suatu hal yang membuat sedih, tetapi setelah sudah kejadian gadis itu selalu melupakan. Karena fikirannya tidak sampai untuk membalas dendam, yang dia tahu hanyalah bermain dan bermain di musim kanak-kanak itu.

Di jauhi, di bully, menangis adalah makanan setiap hari bagi Naima. Sering kali di bully, lantas menuju ke kelas sepupu sekaligus Adek laki-lakinya untuk mengadukan apa yang terjadi. Di setiap hari ketika jam istirahat berlangsung, Naima selalu ke kelas sepupunya, karena hanya dia lah yang menjadi teman di sekolah. Sebenarnya Naima memiliki teman yang sangat dekat bernama Arlifah Ananta, tetapi ketika di sekolah temannya itu seperti tak menganggapnya. Ketika Naima dijauhi Lifah tak tak pernah membela atau sekedar menemani, Lifah lebih memilih mengikuti Ratunya dan menjauhi Naima

Waktu di sekolah dasar, kita ada yang namanya Ratu dan Raja dalam kelas, Ratu itulah yang mengatur semua. Semua teman sekelas harus mengikuti kemauan Ratu, tidak boleh ada yang menolak atau kalian yang akan menjadi sasaran bullying teman sekelas.

Selain Naima ada juga Marina Azahwa bocah yang sedikit jorok, selalu terkena bully oleh Ratu tetapi sering kali juga di manfaatkan seperti Naima. Biasanya Naima berteman dengan Mirna, tetapi jika sang Ratu sudah memerintah Mirna agar tidak berteman dengan Naima, Naima kembali tidak memiliki teman karena Mirna lebih mendengar ucapan Ratu. Sungguh malang nasib Naima, sering kali dimanfaatkan, minumannya di habiskan. Ketika ditanya 'minumannya aku habisin' selalu menjawab, 'iya'. Bodoh sekali bukan, tidak bisa menolak. Padahal dia sendiri sedang kehausan dan tidak bisa meminum es.

Pernah di suatu hari ketika Naima di bully, ia mencoba melawan mereka. Tetapi apa? Dia kalah, bagaimana tidak , Naima seorang diri sedangkan sang Ratu bersama sepuluh antek-anteknya. Bayangkan satu banding sepuluh ... pasti kalah bukan. Naima sebenarnya juga ingin melawan. Tetapi ya itu, dirinya masih sangat lemah jika melawan seorang diri. Jadi yang dilakukan hanyalah diam, menerima dan menangis.

Tetapi Naima heran, ketika di rumah, Ratu sangatlah baik berbeda ketika di sekolah. Naima beberapa kali sering bermain ke rumah Ratu bersama Lifah, di sana mereka bermain bercanda gurau seperti tidak ada kejadian apa-apa, dan Naima pun menikmati itu. Memang pada dasarnya mereka sangat baik, tetapi entah mengapa ketika di sekolah menjadi seperti orang tidak berperasaan. Lifah, dia juga kerap kali bermain ke rumah Naima, ketika di rumah dia juga sangat baik. Naima dan Lifah selalu bermain masak-masakkan atau hal lainnya. Ada suatu hari Naima baru saja bisa belajar bersepeda dan di dia membonceng Lifah. Karena sepeda yang di naiki oleng saat jalanan turun, Naima panik, dan keduanya terjatuh masuk ke lubang. Setelah kejadian itu bukannya menangis, justru keduanya tertawa bersama, menurutnya itu sangat lucu dan momen bersejarah yang harus di kenang.

Sebelumnya Naima menganggap bullying itu hal yang biasa. Namun, ada satu kejadian yang tidak bisa membuat dirinya lupa dan menjadi pendendam karena itu.

Ketika jam kelas jam kos, Mirna yang duduk di bangkunya tiba-tiba di datangi oleh Ratu dan antek-anteknya, Mirna dipaksa oleh Ratu dan teman-temannya untuk ikut. Mirna di keluarkan dari kelas dan dikunci dari dalam. Setelah itu Ratu dan antekanteknya tertawa bahagia karena menganggap itu sebagai lelucon. Setelah berulang-ulang melakukan itu, mereka berhenti dan entah ide siapa tiba-tiba Naima ditarik dipaksa keluar kelas seperti apa yang dilakukan kepada Mirna. Bertepatan dengan Naima yang di keluarkan, kepala sekolah baru saja keluar dari kantor. Naima yang melihat itu ketakutan dan menangis. Karena takut dilihat dan dimarahi oleh kepala sekolah karena keluar kelas di jam pelajaran berlangsung. Naima menggedor-gedor pintu sembari menangis minta dibukakan pintu, tetapi tanpa berperasaannya mereka justru tertawa tidak memedulikan.

Naima mondar-mandir di depan kelas sembari menangis sesegukkan. Setelah selang berapa lama ada guru olah raga datang dan menyuruh mereka membukakan pintu. Setelah pintu di buka, Naima berlari dan duduk di bangkunya dengan perasaan yang takut. Sedangkan guru baru olah raga duduk di depan dan menginterogasi mereka.

"Siapa yang mengunci Naima di luar?!!" bentak Pak Guru. Hening ..., semua terdiam, tidak ada yang berani bersuara. Seperkian menit tidak ada yang menjawab akhirnya guru baru itu bertanya pada Naima, tetapi yang di lakukan Naima hanya menangis dan menangis. Lantaran takut untuk menjawab.

"Naima siapa saja yang mengunci kamu?" tanya guru olah raga itu yang menurunkan nada suaranya. Tetapi tetap saja tidak mendapat jawaban yang keluar dari mulut Naima, yang terdengar hanyalah suara isakan. Seperkian detik karena didesak disuruh menjawab akhirnya Naima bersuara menyebutkan nama-nama orang yang menguncinya tadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline