Lihat ke Halaman Asli

Yuli Novita Sari Putri

Treasury Analyst

Mengapa PSBB Menjadi Sumber Kecemasan, Dampak Perilaku, dan Ekonomi?

Diperbarui: 5 Oktober 2020   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.discovermagazine.com

Tidak pernah terbayangkan oleh masyarakat dunia bahwa kita akan melalui pandemi yang memang dalam sejarahnya akan menyebar ke beberapa negara bahkan lintas benua. Pandemi menyerang sejumlah besar populasi dunia dengan tingkat kematian lebih dari 1 %. Jika kita melakukan napak tilas ke masa lalu terdapat beberapa pandemi yang berdampak signifikan terhadap perkembangan kesehatan dan pengobatan.

  1. Wabah Hitam /Black Death (1347-1351), Gejala khas dari penyakit ini kulit penderita menjadi menghitam karena pendarahan subdermal (acral necrosis) yang disebabkan oleh bakteri Yersinia Pestis disebarkan oleh lalat melalui bantuan tikus. Korbannya mengalami pembengkakan getah bening atau bisa juga menyerang sistem pernafasan. Wabah ini menyerang sekitar 200 juta orang dimana orang yang selamat diprediksi mampu hidup sampai dengan usia 80 tahun.
  2. Pandemi Cacar (1877-1977), Negara pertama yang dianggap asal muasal cacar adalah Mesir sekitar 3.000 tahun lalu. Pandemi ini memakan korban hampir 30% populasi penduduk dunia sementara di Eropa hampir 400.000 orang per tahun meninggal. Cacar akhirnya dapat diatasi dengan ditemukannya vaksin cacar dan WHO mengumumkan global eradication atau berkurangny secara signifikan pandemi tersebut sampai dengan 0 pada tahun 1979.
  3. Flu Spanyol (1918-1919), Berita flu ini mencuat kembali setelah covid 19 menjadi pandemic tahun 2020. Virus influenza yang disebabkan oleh virus H1N1 menginfeksi hampir 500 juta orang dengan tingkat kematian 50 juta orang. Virus ini muncul pada saat perang dunia I di Amerika Serikat dan menyebar dengan cepat ke negara lainnya. Gejala yang ditimbulkan seperti radang, sakit kepala dan demam.
  4. Pandemi HIV (1981-Sekarang), Sentimen negatif pasti muncul di benak kita jika membicarakan HIV, sejarahnya HIV yang penyebarannya melalui cairan tubuh yang mengandung virus ini (darah, cairan semen, dan ASI) ditemukan di Amerika Serikat. HIV belum ditemukan vaksin atau obat untuk menyembuhkannya, hanya antiretroviral (ARV) yang merupakan obat untuk memperlambat perkembangan virus tersebut.

Beberapa pandemi tersebut hanya sebagian dari jenis lainnya seperti Flu Babi, SARS, dan Kolera. Banyak pelajaran yang akan menjadi tantangan baru untuk ilmuwan, tenaga kesehatan dan ahli ekonomi setelah melewati pandemi tersebut. Inovasi dan teori baru terus digali agar setiap pandemic dapat dilalui dengan cepat. 

Salah satunya adalah penerapan  aturan lockdown yang diartikan sebagai upaya pengendalian penyebaran infeksi dengan menutup akses masuk atau keluar suatu wilayah. Istilah lockdown bukan hal baru dalam pandemi, contohnya saja pada flu spanyol lockdown dilakukan agar penyebaran virus dapat ditekan. Hasilnya bahwa kota yang menerapkan langkah lebih ketat mengalami perbaikan ekonomi yang lebih cepat setelah wabah.

Indonesia memang tidak menerapkan lockdown tetapi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB dalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi covid-19 untuk mencegah kemungkinan penyebaran covid-19 dengan kriteria peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan dan pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. PSBB pertama diterapkan di Jakarta pada 10 April 2020 selama 14 hari yang kemudian di ikuti daerah lainnya untuk menekan penyebaran Covid 19.

Bagaimana masyarakat menanggapi PSBB? Berdasarkan penelitian oleh Latoo, Islam, Farooq dan Dhir (2020) bahwa sesuai dengan kerangka S-O-R (stimulus-organism-response) terdapat perubahan perilaku belanja konsumer ritel. Salah satunya yang paling dekat kita alami adalah panic buying yang dilakukan oleh masyarakat karena harus dirumah saja dan khawatir akan kehabisan bahan pangan. 

Jika dilihat dari sisi masyarakat yang masih mempunyai pendapatan tetap dan tabungan yang mencukupi mungkin hal ini tidak akan menjadi masalah besar, akan tetapi untuk masyarakat yang mempunyai pendapatan harian maka akan sangat dirasakan dampaknya karena aktifitasnya dibatasi.

Hal lain yang menarik adalah selama PSBB masyarakat tetap mencari tempat untuk melepaskan penat jika tempat tertutup seperti mall dibatasi ruang lingkupnya maka sekarang masyarakat mulai kembali kea lam kegiatan seperti, berkebun, trekking mulai banyak dilakukan untuk melepaskan stres.

Dampak PSBB terhadap ekonomi Indonesia telah ditunjukkan dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II sebesar 5.32%. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa untuk Kuartal III masih terdapat kemungkinan akan tetap terkontraksi karena penurunan sektor ekonomi yang tidak bisa secara cepat pulih. 

Berdasarkan prediksi Kemenkeu kontraksi pada Kuartal III pada range 1.7-0.6%, akan tetapi negara lain pun juga mengalami kontraksi seperti India, Meksiko, Malaysia dan Thailand. Diperlukan kekuatan mental dalam menghadapi keterbatasan akibat pandemi ini, kita harus berpikir bahwa situasi orang lain bisa saja lebih buruk sehingga perilaku yang kita tunjukkan tetap bersifat konstruktif dan sehingga dapat memulihkan kondisi ekonomi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline