Lihat ke Halaman Asli

YULIN ARIFIN KONIYO

Mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Gorontalo SDN 9 Telaga

Aksi Nyata 3.1.a.10 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Diperbarui: 6 Oktober 2021   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kolaborasi dengan orang tua murid (Dokpri)

PGP -- Angk. 2- Kab. Gorontalo-Yulin Arifin Koniyo- 3.1- Aksi Nyata- Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin Pembelajaran

 

Peristiwa (Fact)

  1. Latar Belakang Tentang Situasi yang Dihadapi. 

Pada bulan September ini sekolah- sekolah di Kabupaten Gorontalo sudah melaksanakan  PTM terbatas. Dimana salah satu syarat untuk membuka sekolah adalah semua guru- guru sudah di vaksin dan siap dengan Protokol kesehatan. Setelah beberapa hari ini pelaksanaan PTM terbatas dilaksanakan, tiba- tiba terbit aturan  bagi murid yang berumur 12 tahun keatas diwajibkan untuk di vaksin. 

Permasalahan yang dihadapi yaitu 3 (tiga) orang  murid kelas 6 yang sudah berumur 12 tahun ke atas. Kepala sekolah menyampaikan bahwa ketiga murid tersebut harus di vaksin, jika mereka tidak mau divaksin maka tidak diperbolehkan untuk belajar tatap muka, Sementara orang tuanya tidak mengijinkan anaknya untuk divaksin. Hal ini menimbulkan dilema etika bagi guru.

  1. Alasan Melakukan Aksi Nyata Tersebut

     Alasan melaksanakan Aksi Nyata tersebut adalah karena adanya dilema etika, keputusan apa yang akan dibuat, mengikuti aturan atau membiarkan murid tersebut untuk tetap sekolah tatap muka.

  1. Hasil Aksi Nyata yang Dilakukan
  2. Hasil Aksi Nyata yang dilakukan adalah Dokumntasi hasil berdiskusi dengan kepala sekolah dan orang tua murid untuk mengatasi dilema etika yang dihadapi.
  3. Berkolaborasi dengan kepala sekolah serta memberikan coaching kepada orang tua dan anak- anak tersebut, sehingga anak- anak tersebut diajak oleh orang tuanya dan didampingi oleh guru untuk divaksin sehingga  tetap mengikuti PTM terbatas

Perasaan (Feelings)

Perasaan ketika menjalankan aksi nyata tersebut yaitu saya merasa mengalami dilema etika terhadap masalah tersebut. Disatu sisi jika mengacu pada peraturan yang berlaku atau membiarkan murid untuk tetap mengikuti tatap muka. 

Setelah melakukan aksi nyata saya merasa lebih tenang karena keputusan yang diambil adalah murid yang belum divaksin diundang orang tuanya untuk mengikuti sosialisasi tentang Vaksin terhadap orang tua murid dan sebelumnya sudah dilakukan coaching sehingga dengan sendirinya orang tua mengajak anaknya untuk divaksin. Senang rasanya dapat memberikan keputusan yang terbaik dalam dilema ini, karena murid- murid tersebut tetap belajar dengan senang hati. 

Paradigma yang digunakan adalah jangka pendek lawan jangka panjang. Dengan adanya pemberian vaksin maka akan terbentuk imunitas pada tubuhnya sehingga tidak akan mudah diserang oleh virus.  

Pembelajaran (Findings)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline