Pernah gak merasakan sayang banget sama seseorang mengharapkan dia bisa menjadi teman hidup kita dalam suka duka, dalam tangis tawa, dan dalam setiap langkah perjuangan untuk mendapatkan surgaNYA? Namun ternyata apa yang kalian harapkan tidak sejalan dengan kenyataan yang harus mengikhlaskannya bersama orang yang lebih dia harapkan. Komitmen pun dia putuskan dan dia lupakan dengan mudahnya lalu pergi tanpa kata dan alasan untuk menenangkanmu? Sakit memang, kecewa pasti, tapi apa daya.... melihatnya bersama pilihan hati yang membuat dia bahagia sudah cukup bisa untuk menutup luka dan kekecewaan itu.
Mungkin kalian bertanya-tanya segitu mudahnya kah untuk mengihklaskan seseorang yang sudah berkhianat?. NO, Wait. Ini jelas bukan hal yang mudah. Tapi cobalah berpikir ulang apa kamu yakin dia berkhianat? Ato memang kita sendiri yang menaruh harapan dan kepercayaan terlalu besar padanya? Komitmen, pertunangan, bahkan pernikahan pun tidak akan menjamin kesetiaan. Saat dia memutuskan untuk pergi, satu hal yang aku pikirkan....’oke dia bukan berkhianat tapi dia hanya mengubah keputusannya untuk hal yang menurutnya lebih baik untuk masa depannya.’ Lalu apakah aku harus marah? Harus benci pada orang yang sejatinya ingin memperoleh yang terbaik untuk hidup dan masa depannya?
Cukup sampai disitu aku berusaha melupakan dan menutup luka yang sebenarnya cukup dalam. Hari berganti, bulan pun berganti.. memang benar aku bisa melupakan orangnya, aku bisa memaafkannya.. tapi apa? Sekarang justru hatiku yang merasa ketakutan.... takut untuk merasakan luka dan kekecewaan yang sama. Ya Aku Takut Jatuh Cinta.
Allah memang menumbuhkan rasa cinta dan kasih pada setiap hati manusia sebagi anugrah dan karunianya. Tapi jangan salah sebenarnya Allah pun sudah memberikan aturan bagaimana seharusnya kita mengelola perasaan cinta kasih itu. Bagi yang umat islam pasti udah tau donk, kalau pacaran itu jelas di larang. Kenapa?? Toh yang penting gak ngapa-ngapain, gak melakukan hal-hal diluar batasan, dan bla-bla-bla... berbagai alasan terungkap sebagai sebuah pembelaan kalo pacaran itu boleh. Sejatinya setiap aturan yang ditentukan olehNYA ada maksud kebaikan bagi hamba-hambaNYA.
Oke lets CEKIDOT. Setiap masalah pasti ada hikmahnya. Setuju gak? Setuju doonk. Begitu juga untuk permasalahanku di atas. Setelah aku dalam kekecewaan yang membuat ku banyak merenung, aku jadi teringat dengan laranganNYA. Pacaran itu gak boleh, ntah untuk serius atau sekedar main-main, ya nggak boleh. Truz sekarang setelah dikecewain baru aku nangis, mengadu, dan minta tolong padaNYA? Haduuuh jadi ngrasa gak tau malu banget saya ini. Lalu apa yang harus aku lakukan? bertaubat, ya BERTAUBAT. Meminta maaf telah melanggar laranganNYA dan meminta maaf karena dengannya aku telah menganiaya diriku sendiri. Lalu aku berpasrah padaNYA, ya aku berpasrah dan aku berusaha memperbaiki diriku hingga aku pantas DIA pertemukan dengan hambanya yang istimewa untukku. Ku dekati DIA sang penguasa hati, kumohon padaNYA untuk MEMBANGUN CINTAKU untuk hamba terbaiknya...pada hamba yang begitu mencintaiNYA. Hingga kami dipersatukan dalam CINTANYA.
ANA UHIBBUKI FILLAH wahai Jodohku, karna ku takut jatuh cinta (lagi).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H