Suara katak musim penghujan tak henti-hentinya bernyanyi mengiringi suara jangkrik yang kedinginan terguyur air hujan.
Lee tidak bisa tidur, matanya terus membayangkan kejadian hari itu. Masih ada tanda tanya besar, apa mungkin pak Kusain setega itu? Memang benar pak Kusain orangnya gampang marah, tetapi kalau sampai merencanakan pembunuhan- rasanya tidak mungkin. Apalagi korbannya Pak Ilham, tetapi semua bukti tertuju pada beliau. Lee tak habis pikir bagaimana itu bisa terjadi.
Lee menarik selimutnya yang tersingkap, membenarkan letak bantalnya kemudian merebahkan tubuhnya kembali di atas tikar berukuran 1,5 meter kali 2 meter.
Teng...teng....
Lee melirik jam dinding yang bertengger di atas televisi butut persis di depannya. Sudah jam 2 malam tapi matanya belum juga ngantuk.
Lee menghela nafas panjang, kemudian memiringkan tubuhnya ke kiri menghadap ke tembok dan menutup matanya dengan tangan kanannya.
Tok...tok...tok...
Lee terkejut, membalikkan tubuhnya kembali ke arah semula, melirik jam dinding yang bertengger di atas televisi butut beralih kearah pintu.
Jam segini, siapa yang bertamu?
Lee berdiam diri sejenak memastikan kalau ada ketukan berikutnya.
Bruak...