Lihat ke Halaman Asli

Yuliarti KurniaPramai

I'am Simple Person

Menginap Sambil Mengenang Masa Lalu di Fendi's Guest House

Diperbarui: 29 Juli 2019   02:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi Yuliarti K. P. Selli

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi Yuliarti K. P. Selli

Hai travellers! Kali ini dalam rubrik travel saya akan membahas tentang salah satu guest house di Malang. Ya, namanya adalah Guest House Fendi's di mana salah satu penginapan di Malang tersebut bisa dibilang sangat ramai oleh para pengunjung dari mancanegara (wisman). Penginapan ini bukan penginapan biasa loh! Kenapa penulis bilang seperti itu? Karena penginapan ini juga ada nuansa sejarahnya, khususnya nuansa orang-orang Eropa (Belanda).

Yup, nuansa sejarah pasti identik dengan masa lalu. Selain kita akan dimanjakan oleh pelayanan disana, para wisman juga akan dimanjakan oleh kenangan masa lalunya dan nuansanya yang sejuk karena pengaruh lingkungan. Pemandangan tidak kalah cantik di malam hari dengan kota Malang yang seperti itu dan dipastikan harganya relatif hanya 270 k/hari. Harga sebesar itu bisa mendapatkan pelayanan yang cukup memuaskan.

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi Yuliarti K. P. Selli

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi Yuliarti K. P. Selli

Setelah penulis menjelaskan tentang penginapan itu sendiri secara singkat, maka penulis ingin menjelaskan sejarahnya saja. Jika dilihat dari sejarah dan pola bangunannya, Guest House ini beraliran gaya rumah kolonial dan sudah dipastikan bahwa rumah ini berdiri pada masa kolonial Belanda. Sehingga tidak mengherankan jika para wisman yang datang ke sini kebanyakan orang-orang Belanda atau Eropa selain wisatawan domestik.

Sebelum dijadikan guest house rumah ini berdiri sekitar 1920-1925-an (kata anak pemilik rumah, Pak Yani. Sebelum menjadi guest house, rumah ini kemungkinan menjadi rumah para staf Belanda khususnya dalam hal perkebunan, karena jika dilihat secara geografis, rumah ini dekat dengan gunung kawi dan datarannya dataran tinggi, serta terdapat kebun kopi.

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi Yuliarti K. P. Selli

Kebun kopi sendiri identik dengan salah satu produk yang akan dipasarkan oleh Belanda di Eropa saat itu (masa kolonial Belanda di Indonesia). Selain itu, fungsi rumah ini juga bisa sebagai rapat antara atasan atau praja Belanda dengan staf Belanda. Baru tahun sekitar 1940-an, rumah ini dibeli oleh (alm.) R.P. Effendi Soerjosepoetro (Bapak Pak Yani) dan dijadikan tempat tinggal. 

Anak dari keluarga alm. Fendi sendiri ada 9 orang dimana nanti anak ke-9 lah yang nantinya menjaga rumah ini (Pak Yani) karena semua saudaranya sudah pergi atau merantau ke kota lain. Sesuai perjanjian, rumah ini tidak dijual sehingga sampai anak beliau besar pun, rumah ini tetap dirawat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline