Lihat ke Halaman Asli

Bumi Duniawi.

Diperbarui: 13 Januari 2018   06:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

bulan, ludah, matahari.

Bumi bulat tidak pernah sendiri, karena ia dipenuhi mahkluk-makhluk. Mereka menyebutnya binatang dan tumbuhan. Yang binatang, sesuatu yang bergerak-bergerak, dan yang tumbuhan, sesuatu yang diam saja tapi hidup. 'Mereka' yang dimaksud adalah manusia, salah satu bagian dari binatang. 

Tapi, manusia paling agung, klaim mereka. 

Manusia paling bijaksana, klaim mereka.

Manusia yang menakhlukkan Bumi, klaim mereka.

Hampir semua manusia menganggap mereka diciptakan langsung sebagai manusia, tapi Bumi tahu kebenarannya. 

Bumi bimbang.

Walaupun makhluk manusia selalu ribut, Bumi tetap kesepian. Bom sana bom sini, rebutan daerah kecil ditengah-tengah Afrika, Eropa dan Asia, padahal lokasi strategis lainnya banyak. Mereka juga sibuk bertukar barang dengan sesuatu yang lebih berharga daripada manusia sendiri, dinamakan uang, kadang berbentuk kertas, atau hanya angka-angka hijau dan merah. Manusia juga perang antar manusia. Ada yang tidak suka ada yang berwarna lain, padahal sama saja anehnya. Ada yang lapar, ada juga yang sangat kenyang; yang peduli dengan yang lapar. Ada yang sakit, ada yang membuat penyakit. Manusia, sejak mereka menemukan bahasa, manusia tidak pernah diam, tetapi Bumi masih merasa sepi.

Sekarang, manusia kebingungan menyelamatkan Bumi. Mereka gencar melakukan konservasi kepada sepupu binatang manusia yang semakin sedikit, akibat ulah mereka sendiri. Dan juga lapisan atmosfer Bumi yang mulai menipis, Global Warming, sebut mereka. Tak lama, mereka mengubahnya menjadi Global Climate Change karena ada yang mengalami Global Colding. Ya itulah, apalah arti terminologi.

Bumi melirik kanan dan kiri sambil memutar. Semuanya gelap, dilihatnya temannya, yang sombong karena dia paling keren dan bercincin.

Binatang manusia menyebutnya Saturnus. Karena si cincin berparas unik, banyak fansnya kecil-kecil mengitarinya, jumlahnya 63.

Dulu, waktu Bumi kecil, Bumi sayang sebuah batu bernama Titan, dan sangking sayangnya, Bumi memberinya air saat Titan haus, memberinya atmosfer saat Titan ingin merasakan rasanya bernafas, dan memberinya warna hijau dan hijau-kebiruan, saat ia ingin merasakan rasa berwarna. Tapi, sejak Titan melihat kemegahan si sontoloyo kuning bercincin itu, Titan pergi begitu saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline