Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Kenangan Seorang Gadis Kecil Saat Kartinian Tempo Dulu

Diperbarui: 22 April 2021   07:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita Fiksi 

Seorang gadis kecil mengamati pengumuman di majalah dinding sekolahnya.  Pengumuman agar  semua siswa putri  memakai kebaya dan sanggul dan siswa putra memakai pakaian adat jawa tengah untuk pria, dalam  rangka acara Kartinian. 

Lalu ia pulang sekolah berjalan kaki  sendirian ke rumahnya yang ada di ujung jalan, tidak jauh namun melewati kebun jati  yang daun serta pohonnya menjuntai di atas jalan,  yang saat  musim ulat jati bergelantungan,  dia harus lewat  memutar jalan lain karena takut pada  ulat jati yang memenuhi atas  kepala orang dewasa saat  musim ulat muncul. 

Gadis kecil itu akhirnya bicara  pada ibunya mengenai acara Kartinian  di sekolahnya.   Seminggu lagi,  ibunya mengukur baju kebaya yang dipakai tiap  kali pergi menghadiri undangan pengantin.  

Gadis itu menatap  ibunya tanpa  semangat,  ketika tahu baju kartiniannya nanti adalah baju ibunya yang disekeng atau dikecilkan dengan jahitan tangan  ibunya. Sejak ayah dan ibunya bercerai, ibunya lah yang menghidupi dirinya  dan satu  adiknya. 

Ia membayangkan teman lainnya menjahitkan baju kebaya baru atau membeli jadi,  serta kain jaritnya dijahit jadi. 

Ibunya sibuk membuat wiron atau lipatan di ujung kain dengan mengoleskan air kanji terlebih dahulu,  kata beliau supaya kaku dan  bagus,  kalau berjalan bisa seperti kipas  kain wiron nya. 

Tanggal duapuluh satu April ,  gadis kecil  itu dibangunkan ibunya jam tiga dini hari.  Ibunya harus pergi berdagang dini hari dan hanya memiliki  waktu  sedikit untuk mendandaninya membuat sanggul konde,  memasangkan kain jarit dan sebagainya    Sanggul konde saat itu jarang ada,  yang langsung  jadi dan dipasang,  ibunya  memasangkan  sanggul dari rambut  cemoro,  istilah rambut kuncir palsu,  diikatkan pada rambut  lalu dibentuk. 

Ibunya meminyaki gadis kecil  itu  dengan minyak orang aring hingga licin, sanggul sudah jadi seperti  sanggul  yang tiap  hari dipakai  ibunya.  Gadis kecil menatap  wajahnya dan entah  kenapa  dia merasa dirinya cantik  dan hidungnya sangat lurus. 

Ia tidur lagi  dengan jarit terpakai, lalu bangun setelah agak pagi dan berusaha agar sanggulnya tidak berantakan.  Ibunya sudah berangkat ke pasar bersama rombongan  pedagang  yang berjualan di pasar  hari  pasaran. 

Setelah merapikan semua yang dipakaian oleh ibunya,  kain jarit ibunya  dengan memakau setagen,  yaitu kain panjang yang lebarnya sekitar limabelas senti dan panjangnya mungkin tiga meter, dia lupa, sesudah itu ditutup  kain  kemben yang bagus supaya  setagennya tidak terlihat. Gadis  itu pergi ke tempat sepupunya yang rumahnya ada di sebelah rumah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline