Bersepeda bukan lagi hal yang baru, setelah kehilangan satu sepeda dan akhirnya bisa membeli sepeda level biasa saja, yang harganya terjangkau oleh kantong saya, yang memang tidak selevel dengan sepeda rakitan milik para anggota klub sepeda, dimana saya menjadi anggota yang kini jarang berkumpul lagi
Saya lebih banyak bersepeda hanya berdua dengan istri dan tanpa target.
Hal yang paling sering adalah ke Stadion Maguwoharjo, di samping tidak begitu jauh, jalanan lebar dan lengang, melewati banyak pemandangan hijau dan begitu sampai disana ada banyak jajanan, terutama di hari Minggu.
Ada banyak goweser dan itu menyenangkan. Ada sesuatu yang terasa lepas saat bersepeda, misal perasaan sumpek itu bisa menguar dengan sendirinya.
Hari Sabtu kemarin, ketika keliling melewati stadion, ada seseorang sedang memetik buah yang menurut saya, belum pernah saya lihat sama sekali. Tinggi pohon itu berkisar tiga meter dan semacam pohon perindang.
Karena penasaran saya turun dari sepeda dan bertanya pada orang yang sedang memetik buah, warna buahnya merah, ada bentuk mirip dengan tomat sayuran yang berlekuk,
buah ini berbau harum dan terasa asing bagi saya.
Akhirnya oleh orang tadi saya dikasih dua biji, sebenarnya mau dipetikkan lagi, tetapi karena merasa sungkan, ragu serta tidak membawa tas, saya mengatakan ' niki mawon pak, ( ini saja pak, bahasa Indonesia nya)'.
Sampai di rumah masih penasaran, saya buka internet, mencari nama buah yang diberikan tadi, buah Bisbul katanya.
Menurut Wikipedia, buah Bisbul adalah:
-Nama ilmiahnya Diospyros Strigosa (blancoi).
-Berkerabat dengan buah Kesemek dan Kayu Hitam