Lihat ke Halaman Asli

Ibu

Diperbarui: 5 Januari 2024   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sambil memeluk photo usang,
Ibu menangis di halaman belakang.
Ku pandang gerak geriknya dari jauh,
Berulang kali ia menyeka air mata.

Ibu terluka, aku terluka.
Teriakan ayah tadi siang,
Menyakiti dan memberi goresan luka di hati kami.

Ku dekati ibu dengan sangat pelan,
Duduk di samping sambil memeluk lengannya,
Cepat sekali raut wajahnya berganti,
Dipaksakan  diri untuk tersenyum.

Bibirnya berucap,
Dalam kesulitan  kita  bersabar,
Malaikat akan berdoa kepada Allah untuk kita,
Mungkin esok atau lusa,
Akan ada hal lain yang Allah beri berkah,
Untuk penghibur lara.
Kita hamba, Allah yang punya kuasa.

Lirih aku menjawab,
Aku tahu ibu tahu harus memaknai seperti apa.
Setiap detik aku yakin pada ibu.

Julie Cerqueira,
05 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline