Lihat ke Halaman Asli

Veronica Yuliani

Guru bahasa yang jatuh cinta dengan cello, panflute, dan violin.

Sebuah Permenungan tentang Masalah

Diperbarui: 25 Juli 2023   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Ilustrasi: Freepik.com

Suatu hari di ruang guru, aku mengedarkan pandanganku ke arah teman-temanku. Satu persatu kulihat dan kuperhatikan. Ketika kulihat mereka yang terlintas dipikiranku adalah dia sakit jantung, dia masih muda dan cantik tetapi suaminya baru saja dipanggil Tuhan, dia belum punya keturunan, dia suaminya sakit, dan seterusnya. Tidak ada satupun di antara mereka yang tidak memiliki masalah atau pergumulan. Seringkali kita (aku) merasa menjadi orang yang paling menderita. Tetapi hari itu, pikiranku dibukakan bahwa semua orang menanggung beban dan deritanya masing-masing.

Jika mau melihat ke belakang, bukankah seberat apapun masalah yang kita hadapi pada akhirnya bisa kita lalui hingga kita bisa masih dalam keadaan yang baik hari ini. Jika kita mau peka melihat ke belakang bukankah Tuhan juga selalu memberikan jalan keluar dan pertolongan saat kita menghadapi kesulitan? Hanya saja mungkin kita (aku) terlalu angkuh untuk mensyukuri pertolongan Tuhan tersebut.

Suatu ketika saat aku kekurangan uang lalu ada beberapa teman yang memberikan bantuan ke sekian kalinya. Saat itu yang timbul dalam pikiranku selain rasa lega muncul juga rasa malu dan sedih, lalu mengeluh mengapa harus berulangkali mengalami masalah ini. Bukankah lebih terhormat jika kita jadi orang yang mandiri seperti mereka? Begitulah sudut pandang kita dalam pikiran-pikiran yang berkecamuk sehingga mengaduk perasaan yang pada akhirnya justru tidak membawa kita pada rasa syukur.

Mungkin masalah-masalah tersebut sengaja diizinkan Tuhan kita alami untuk mengikis kesombongan kita, supaya kita belajar menjadi orang yang lebih rendah hati. Masalah-masalah tersebut juga membuat orang menjadi lebih kuat dan tabah, serta dengan mengalami masalah orang juga akan disadarkan dengan sapaan dan kehadiran Tuhan melalui pertolongan-pertolongannya dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Saat kita mengalami masalah biasanya kita akan lebih dekat kepada Tuhan atau justru sebaliknya, kita marah kepada Tuhan. Satu hal yang kupelajari saat dalam pergumulan yakni kita harus semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berdoa. Meratap, mengeluh, menangis di hadapan Tuhan dalam doa membuat kita lega dan tenang. Rasanya seperti mengisi kembali tangki bahan bakar kita. Selain itu, hal yang membuat kita kuat adalah dukungan komunitas dan juga keluarga. Komunitas yang baik membuat kita mampu melalui setiap tantangan dan kesulitan hidup.

Aku menjadi teringat akan kisah dua buah jambu yang berada di dahan yang sama. Sekalipun ditangkai yang sama tetapi mereka masak di waktu yang berbeda. Proses setiap orang berbeda-beda, ujian setiap orang bereda-beda bentuknya tetapi tujuannya sama untuk membentuk seseorang menjadi pribadi yang matang.

Dan yang pasti segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi, demikian juga dengan masalah dan pergumulan. Semua itu juga pasti akan berlalu juga pada akhirmya. Jadi, tetaplah tenang dan janganlah terlalu lama meratapi serta larut dalam kesedihan. Janganlah merasa menjadi orang yang paling menderita karena setiap orang menanggung penderitaannya masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline