Lihat ke Halaman Asli

Veronica Yuliani

Guru bahasa yang jatuh cinta dengan cello, panflute, dan violin.

Tips Mendampingi Penderita Skizofrenia

Diperbarui: 12 Maret 2020   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi skizofrenia. (sumber: SHUTTERSTOCK/LIGHTSPRING)

Skizofrenia sering disalahpahami sebagai kesurupan atau diguna-guna.

Banyak orang yang tak mengetahui atau paham apa itu skizofrenia. Sebuah sumber menyebutkan dari 1.000 rumah tangga terdapat 6,7 rumah tangga yang mempunyai anggota umah tangga pengidap skizofrenia. Jumlah tersebut bisa dikatakan bahwa memang tidak banyak atau jarang kita menjumpai penderita skizofrenia di sekitar kita. 

Oleh karena ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan akan penyakit tersebut sehingga menimbulkan kebingungan ketika harus mendampingi atau merawat penderita skizofrenia. Hal itulah juga yang terjadi dengan keluarga saya ketika saya dinyatakan menderita skizofrenia.

Pada awal saya sakit memang langsung di bawa ke dokter untuk berobat. Tetapi dalam perjalanan waktu ada beberapa kejadian yang masih saya ingat yang dilakukan oleh keluarga saya saat merawat saya. Waktu itu saya masih dalam masa pemulihan. 

Suatu pagi dalam pikiran saya ada yang mengatakan ada seseorang yang menunggu saya di gereja maka saya diminta untuk segera datang ke sana. Saya berusaha keluar kamar tetapi kakak saya menghalangi. 

Dia kemudian menyodorkan sebatang rokok kepada saya sambil berkata "Nyoh..nggo kowe. Wis ngomongo saiki ngomongo kwe ki sopo?" Saya yang disodori rokok tentu tidak mau. Karena saya memang tidak merokok. 

Bahkan, mungkin karena saking bingungnya kakak saya menghadapi saya waktu itu, di sempat menampar saya dengan cukup keras. Itu adalah salah satu usahanya supaya saya sadar dan tidak lari ke luar kamar. 

Dalam pikiran saya, saya tahu bahwa kakak saya menduga saya kesurupan hanya saja kondisi saya yang larut dalam halusinasi tidak bisa mengkomunikasikan hal tersebut.

Hal semacam itu tidak terjadi hanya sekali. Kejadian yang lain terjadi ketika saya kambuh. Entah tidak paham dengan penyakit saya atau memang terlalu bingung menangani saya, waktu saya kambuh menangis dan ketakutan di kamar, kakak saya lalu membawa saya kepada orang yang dianggap 'orang pandai'. 

Orang tersebut lantas 'mendoakan' dengan membuat tanda-tanda di tubuh saya. Saya hanya diam saja, tetapi justru halusinasi yang muncul mengejek hal tersebut.

Hal lain yang saya ingat, suatu ketika kakak saya mengajak saya ke pantai membawa beberapa lembar daun sirih. Lalu kakak saya meminta mengingat semua orang yang muncul di pikiran saya dan mengikuti kata-katanya lalu membuang daun tersebut ke laut. Saya sebagai adik hanya manut saja. Saya juga berpikir hanya ingin cepat sembuh. Malam harinya saya justru terbangun dan merasa dada saya berdetak kencang serta muncul perasaan takut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline