Lihat ke Halaman Asli

Veronica Yuliani

Guru bahasa yang jatuh cinta dengan cello, panflute, dan violin.

Merindukan Semaraknya Mading di Hari Valentine

Diperbarui: 14 Februari 2020   11:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa yang paling ditunggu di hari valentine? Tentu saja coklat. Sebagian besar orang menunggu coklat dari orang-orang spesial sebagai ungkapan kasih sayang. Para wanita berdebar menunggu coklat dari kekasihnya. Para guru menunggu coklat dari murid-muridnya. Dan para murid menunggu coklat dari wali kelasnya. Semua bahagia dan tak jarang saling memamerkan jumlah perolehan coklat di hari itu. Bagaimana dengan yang jomblo?

Mengingat hari valentine saya teringat ketika masih SMA dulu. Sebelum sosial media berkembang pesat seperti sekarang. Majalah dinding sekolah kami di hari valentine begitu semarak dengan nuansa pink. Ada puisi cinta yang dipersembahkan untuk kekasih hati. Ada puisi cinta tanpa nama yang dipersembahkan kepada seseorang yang ditaksir. Ada cerpen tentang kisah cinta yang romatis.  Namun, yang paling ramai biasanya adalah kolom salam kepada kepada kakak atau adik kelas yang mengisyaratkan rasa suka. Begitulah dulu kami berkomunikasi dan menjalin silaturahmi satu sama lain.

Di era sosial media ini, apa kabar mading kita? Masih efektifkah? Berapa gelintir siswa kita yang menengoknya? Anak-anak muda lebih suka melihat Instagram, Whatsapp, dan berbagai jenis sosial media yang lainnya.

Mading adalah salah satu jenis media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Mading adalah media komunikasi termurah untuk menciptakan komunikasi antarpihak dalam lingkup tertentu.

Di sekolah saya dipercaya sebagai koordinator mading. Saya berpikir keras bagaimana agar mading ini bisa efektif. Selama ini mading disekolah hanya digunakan untuk memajang poster dari berbagai universitas. Mading yang lain berisi seputar kegiatan akademik: jadwal, weekly plan, form remidi, dan nilai hasil tes.

Sejak hampir tiga tahun yang lalu saya memulai menghidupkan proyek mading ini dengan menugaskan siswa di tiap kelas membuat berbagai jenis tulisan, mulai dari puisi, berita, profil tokoh, cerpen/drama, komik dan karikatur. Setiap kelas mendapatkan tema yang berbeda dengan cara diundi. Tema-tema yang saya angkat adalah seputar hari besar nasional. Saya biasanya memilih hari-hari yang justru tidak familiar di kalangan para siswa.

Salah satu contohnya adalah hari Kavaleri yang diperingati setiap tanggal 9 Februari. Dengan cara ini siswa akan berusaha mencari tahu berkaitan dengan hari itu dan mereka akan mendapat banyak pengetahuan lebih tentang hari Kavaleri.  

Mading yang sudah jadi akan dipasang setiap bulan secara bergiliran sesuai dengan tema dan bulan perayaanya. Apakah para siswa lantas beramai-ramai mengunjungi mading? Ya, itu tentu selalu menjadi harapan dan doa saya. Setidaknya siswa akan seringkali bangga jika karya mereka dipasang. Tak jarang mereka menanyakan kapan giliran mading kelasnya dipasang. Tentu tidak ada lagi kolom titip salam macam waktu saya SMA dulu, tetapi setidaknya kami masih mempertahankan kegiatan berkomunikasi dan bersilaturahmi melalui karya di majalah dinding.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline