Lihat ke Halaman Asli

Veronica Yuliani

Guru bahasa yang jatuh cinta dengan cello, panflute, dan violin.

Menulis Itu Candu

Diperbarui: 12 Februari 2020   19:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya terdiam selama kurang lebih 15 menit setelah menuliskan judul artikel ini. Berpikir mau mulai menuliskan ide yang mana dulu dan bagaimana merangkai beberapa potongan ide yang sudah tersimpan acak di pikiran ini menjadi sebuah tulisan. Walaupun saya cukup suka menulis bukan berarti saya dapat dengan mudah menuangkan ide menjadi sebuah tulisan.

Saya sedikit menyesal dulu tidak mengambil jurusan jurnalistik ketika kuliah. Andai saya mengambil jurusan jurnalistik, mungkin hari ini saya sudah menjadi kompasioner senior yang menghasilkan ribuan tulisan yang menjadi artikel utama hehe. Saya justru mengambil jurusan BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing), yang kini sama sekali tidak saya aplikasikan dalam kehidupan saya, baik kehidupan sehari-hari atau pun dalam dunia kerja.

Kecintaan saya dalam dunia tulis menulis dimulai sejak SMA. Saya biasanya menulis puisi dan cerpen. Dulu saya masih menuliskannya di buku atau diary. Kebiasaan menulis itu berlanjut ketika saya mengenal blog. Saya cukup aktif menulis di blog mulai dari tahun 2010 hingga 2019. Sempat vakum juga di tahun 2015-2019. Kebanyakan dari isi blog saya adalah renungan pribadi yang saya dapat dari hasil membaca buku, kotbah yang saya dengar.

Sesungguhnya rekan kerja saya sudah memotivasi saya untuk menulis di kompasiana sejak enam tahun yang lalu. Namun, beliau baru memetik buah dari memotivasinya di tahun 2020 ini. Januari lalu saya baru mulai bergabung dengan kompasiana. Setelah saya mulai menulis, banyak rekan kerja yang lain akhirnya juga tertarik dan akhirnya membuat akun kompasiana beramai-ramai.

Artikel pertama saya langsung menjadi artikel pilihan. Ini seperti candu. Saya akhirnya mulai tertantang untuk menghasilkan tulisan-tulisan yang lain. Apalagi senior saya sudah begitu banyak artikelnya yang menjadi artikel pilihan atau pun artikel utama.

Sebagai penulis pemula di kompasiana saya kadang kebingungan hendak menulis tentang apa. Apalagi pekerjaan saya tidak memungkinkan saya untuk mendatangi tempat-tempat baru yang menimbulkan inspirasi dan pengalaman baru untuk menulis. Oleh karena itu, saya mulai menulis tentang pengalaman-pengalaman pribadi yang saya alami dalam kehidupan sehari-hari, menulis tentang hobi, atau pun segala sesuatu yang saya sukai.  

Saya banyak membaca dan belajar dari kompasioner senior, salah satunya adalah Bapak Tjiptadinata Effendi. Tulisan-tulisan beliau banyak yang bercerita tentang cerita sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Sekalipun demikian, tulisan beliau memiliki makna dan pesan yang dalam bagi para pembacanya.

Ketika saya mulai menulis saya menekan keinginan dan ambisi saya agar tulisan saya menjadi yang terbaik. Yang terpenting adalah pesan dan manfaat yang bisa saya bagikan kepada orang lain. Kalaupun pada akhirnya tulisan kita menjadi artikel pilihan atau pun artikel utama, itu adalah bonus.

Salah satu tujuan saya menulis adalah untuk mengembangkan kemampuan saya. Saya juga ingin membuat rekam jejak yang baik dalam kehidupan saya melalui tulisan-tulisan saya. Dan sebagai seorang guru, tentu sudah tugas saya menginspirasi murid-murid saya untuk berkarya. Guru tanpa karya biasanya jarang 'dijumpai' muridnya.

Saya bersyukur bergabung dengan kompasiana. Di sini saya menemukan komunitas baru, teman-teman baru dengan segudang ilmu dan hal menarik yang mereka miliki dan bagikan. Menulis di kompasiana itu candu. Candu yang positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline