Lihat ke Halaman Asli

Veronica Yuliani

Guru bahasa yang jatuh cinta dengan cello, panflute, dan violin.

Cello Tak Selalu Klasik Sendu

Diperbarui: 26 Januari 2020   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: pexels.com by Eleazar Ceballos

Saya menyukai musik instrumental. Entah sejak kapan tepatnya saya mulai menyukainya. Yang pasti saya mulai tertarik ketika mendengarkan soundtrack film "The Lord of The Rings" karya seorang komponis asal Kanada, yakni Howard Leslie Shore. Salah satu soundtrack yang membuat jatuh hati adalah "Concerning Hobbits". Suara flutenya yang mengalun lembut terasa sejuk di jiwa dan membuat imajinasi saya melayang. Rasanya damai sekali.

Kebiasaan mendengarkan musik instrumental itu berlanjut hingga sekarang. Teman-teman saya seringkali protes dengan selera musik saya. Mereka mengatakan musik yang saya dengarkan membuat mengantuk. Saya hanya tertawa menanggapinya, karena bagi saya mendengarkan flute dan violin itu 'moodbooster'.

Awalnya ketika menemukan musik Leo Rojas, musisi pan flute asal Amerika, saya berpikir seperti menemukan 'jodoh'. Bahkan saya berpikir jika musik-musik Leo Rojas menggambarkan jiwa saya, natural. Namun, ternyata dua tahun terakhir ini saya mulai tertarik dengan cello dan akhirnya benar-benar jatuh hati.

Cello adalah singkatan dari kata dalam bahasa Italia Violoncello, yang berarti "Violone Kecil". Alat musik Violone adalah sebuah instrumen kuno, sebuah viol besar yang hampir mirip dengan bass modern. Cello tergabung ke dalam keluarga alat musik gesek lainnya, "Biola". Cello biasanya identik dengan musik klasik yang mengalun lembut dan sendu.

Namun, anggapan itu tentu akan berubah jika kita mendengarkan permainan cello dari dua pemain cello klasik terlatih asal Kroasia, Luka Sulic dan Stjepan Hauser, yang tergabung dalam 2CELLOS. Musik yang mereka mainkan begitu beragam. Mulai dari 'Benedictus' milik K. Jenkins yang lembut hingga 'Welcome To The jungle' milik Guns N' Roses berjenis rock pun dapat mereka mainkan dengan indahnya. Bahkan, tak kalah indah dari lagu aslinya.

Musik cello biasanya hanya dinikmati oleh kalangan atas di dalam gedung yang mewah. Namun, tidak demikian dengan 2CELLOS. Lihatlah pertunjukan yang mereka gelar di Exit Festival 2014. Ribuan orang berdiri di lapangan, berjingkrak layaknya melihat konser musik rock. Ini membuktikan bahwa permainan musik cello bisa dinikmati oleh semua kalangan.

2CELLOS sendiri mulai terkenal setelah mereka memainkan lagu "Smooth Criminal" yang menjadi hit di YouTube, mendapatkan lebih dari tiga juta tontonan dalam dua minggu pertama dan lebih dari delapan belas juta tontonan pada Mei 2016.

Di Indonesia masih jarang orang yang berminat terhadap cello. Sekolah-sekolah musik di Indonesia pun jarang yang mengajarkan cello. Saya berharap kelak lahir cellist berbakat dari Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline